Subuh mulai menerangkan langit di hari ini tanggal 25 September 2020, selesainya menjalani 14 hari wajib karantina ketibaan di Hong Kong.
Sebentar lagi, setelah beres ringkas-ringkas kamar yang berantakan, boleh meninggalkan sel kecil yang mengurung kita selama 2 minggu. Bisa keluar menghirup udara bebas kembali.
Dampak pandemi yang menimpa puluhan juta, mau tidak mau harus mengalami percobaan sekali dalam sehidup ini. Harap tidak mengulang lagi. Tidak kami sesalkan keharusan dikarantina, demi keamanan kesehatan umum dan diri sendiri di tanah asing.
Dari kerusuhan dan pengrusakan kota, yang merupakan rekayasa gerombolan pro-demokrasi hasutan CIA, dan sampai ketimpa wabah Covid-19 ini, jutaan orang Hong Kong, maupun TKW, berbulanan menderita kehilangan mata pecariannya. Ikut merasa prihatin.
Selama dalam kurungan ini, ternyata dapat mengulas banyak pelajaran hidup yang dulunya tidak diperhatikan maupun pernah menghargainya. Satu persatu bermunculan sewaktu dalam ketidak mampuan bergerak, dan kesepian.
Depresi, yang bisa ditandakan dengan seharian kita terus menerus menatap pada layar kecil komputer maupun handphone, menunggu munculnya pengabaran di Whasapp atau email dari grup-grup sosial.
Apakah mungkin juga timbul gejala depresi dalam pengurungan ini? Kita juga tidak bisa lepas dari layar HP. Tidaklah.
Istri yang sudah puluhan tahun selalu tidak lepas dari pandangan, baru bisa diperhatikan betapa gembira pribadinya. Dia di sela-sela kesibukkan menerima tilpon dari segala sudut dunia dan banyak memberikan nasehat positip kepada teman-temannya, masih lincah bersenam dan menari sendirian pada lagu-lagu rekaman Youtube yang menggembirakan. Tidak berbeda dari tingkah biasanya di rumah.
Tidak perlu seorang wanita kuat disisi lelaki, saya bahagia beristrikan seorang yang senantiasa menyenangkan hati.
Pernah dia menjanjikan, sesudah pensiun akan membawa saya kedalam kehidupan yang no worry and no stress, bisa banyak berplesir melihat keindahan dunia, inipun sudah berjalan 10 tahun, di bulan ini.