Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cap Go Meh dan Lontongnya

7 Februari 2020   16:12 Diperbarui: 7 Februari 2020   16:29 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesta lampion di Guangzhou. (gambar AH Tjio)

Ronde. (gambar AH Tjio)
Ronde. (gambar AH Tjio)

Makan ronde merupakan tradisi budaya Tionghoa dalam suasana tahun baru Imlik. Namun telah kurang dikenal oleh peranakan Tionghoa di Indonesia pada zaman sekarang.

Modifikasi dari orang Tio-ciu (Guangdong), ronde ini dilapisi wijen lalu digoreng dalam minyak yang ditumpuk setelah masak, maka menjadi cin-tui (cin=gorengan, tui=tumpukan), dan tumpukan ronde-ronde ini disingkat menjadi onde-onde.

Ronde ini telah menjadi camilan national di Jepang, dikenal dengan nama asli Hokkian-nya Moa-ji yaitu mo-chi (ketan yang lekat).

Lontong Cap Go Meh.

Gantinya ronde, di Indonesia ada hidangan "lontong Cap Go Meh". Terus terang saja ini bukan hidangan khas untuk merayakan Cap Go Meh, tersedia disepanjang tahun dihampir semua depot milik peranakan Tionghoa maupun bukan, sebagai lontong sayur.

Ada yang bilang lontong cap go meh berasal dari keturuan Tionghoa yang datang sejauh dijamannya Cheng Ho tiba di Jawa, gagasan ini menarik tetapi ada kesangsian ketepatannya. Tionghoa yang datang dan menetap di Jawa sewaktu zaman Majapahit disekitar abad 15-16 sangat sedikit jumlahnya, dan kebanyakan adalah Tionghoa keturunan Persia/Arab sebangsa para 8 Sunan Wali Songo periode pertama,  pada umumnya Muslim Tionghoa yang tidak mengikuti budaya Tionghoa, lagi pula keturuan Tionghoa tersebut setelah beberapa generasi kemudian lenyap tertelan dalam zaman setelah berpadu sama penduduk asal Jawa. Kebanyakan peranakan yang sekarang menjadi suku Tionghoa di Indonesia adalah keturunan dari badai perantauan orang pesisiran Tiongkok selatan yang di abad 18 sampai permulaan  abad 20 pada zaman Belanda, dan yang sekarang dibilang adalah keturunan Tang-lang maupun Hakka.

Lontong bukanlah makanan khusus tercipta untuk menggantikan ronde dalam perayaan cap go meh, dan saus rasa santan dalam paduan antara opor (putih) dan kare (kuning) itu mungkin adalah pengaruh makanan India dan Portugis yang mendahului pengaruhnya di Nusantara. Lauk pauk lainnya yang menjadi campuran dalam hidangan memang bisa dikatakan terdiri dari makanan biasa di Jawa, yaitu sayur lodeh.

Yang cuma bisa dipastikan disini adalah "lontong cap go meh" merupakan makanan khas peranakan Tionghoa dari namanya saja, yang terdiri dari kombinasi bahan masakan Jawa  sehari-hari, yang sumbernya mungkin dari pesisir utara Jawa antara Lasem dan Semarang, yang pasti semulanya bersangkutan juga dengan waktu cap go meh.

Juga perlu berpikir lebih kritis mengenai siapakah yang sesungguhnya pencipta kreasi hidangan tersebut? Apakah oleh nyonya-nyonya peranakan Tionghoa sendiri, atau oleh ibu-ibu yang melahirkan itu peranakan yang disebut Nyai, ataupun hanya oleh pembantu didapur pada waktu itu, sukar dipastikan sekarang. Juga bisa jadi hidangan ini hanya berasal dari kreasi suatu depot makan "X" yang kemudian meluas menjadi menu hidangan sehari-hari direstoran mana-mana. Dikatakan, munculnya lontong Cap-go-meh itu disekitar tahun 1950an.

Sembahyang Lampion.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun