Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kue Bulan "Tiong Ciu Pia"

25 September 2017   09:29 Diperbarui: 27 September 2017   09:54 13462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pia Hokkian. (dokumen pribadi)

Menggunakan taktik ilmu jiwa, mati-matian menyerbu keluar atau hanya menunggu kebakar mati, Liu Xiu berhasil membangkitkan semangat sisa serdadunya untuk berani mati menerobos keluar kepungan, dan ternyata mereka menang memundurkan pasukan Wang Mang yang ganas itu. Seketika itu juga, dibawah sinar bulan purnama, mereka menemukan buah bentul dan talas yang terbakar dimana-mana, rasanya lezat dimakan dan segera membereskan kelaparan pasukannya.

Bersukurlah Liu Xiu yang kemudian naik tahta mendirikan Kaisaryah Han Timur yang lebih jaya, dari tahun 25 sampai 220 Masehi, dan menjadikan makan bentul/talas kebiasaan dalam perayaan Festival Bulan, karena malam kemenangan perang tadi kebetulan Tiong Ciu.

Sampai sekarang makan talas dan bentul masih merupakan keharusan Tiong Ciu, yang dipercaya bisa menangkis kesialan dan mencegah tidak keberuntungan dalam keluarga Tionghoa.

Pesta apa yang tidak pakai minuman arak? Demikian pula bagi bangsa Tionghoa yang merupakan cabang bangsa asal Mesopotamia, Persia sekarang, nenek moyang yang dari sana juga membawakan kepandaian meragi dan membuat arak.

Pohon seruni di bulan ini juga sedang semarak berbunga yang sedap dan wangi, maka dibuatlah arak aroma seruni yang khas untuk mengiringi pesta dalam Festival Bulan. Mungkin karena itu, timbullah bayangan pohon seruni besar yang tampak dipermukaan rembulan, beserta cerita dongeng Putri Rembulan dan Kelinci Giok.

Sampai disini cukuplah menceritakan asal muasal Tiong Ciu, sekarang terus ke kue pia saja.

Pia dibuat dari butiran adonan tepung dan air yang diisi ramuan pasir kacang hijau dan gula didalamnya, lalu digepengkan dan dipanggang menjadi bentuk kue. Ini bukan dari semula dibuat untuk merayakan Tiong Ciu, itu adalah bahan suguhan buat sembahyang pada Dewa Petir.

Dipercaya kue pia ini merupakan suatu modifikasi dari roti atau nan yang asalnya dari Persia, yang dibawa kembali oleh Zhang Qian, duta besar Tionghoa Han Barat sewaktu diutus ke Sogdiana pada abad 2 Sebelum Masehi. Dia memberi tambahan isi biji wijen, kenari dan manisan kering dari sana yang menjadikan kue pia Barbar, ho-pia, penamaan yang berarti kue asal dari orang Persia yang berkumis lebat.

Hopia tradisionel isi bentul. (dokumen pribadi)
Hopia tradisionel isi bentul. (dokumen pribadi)
Selama 800 tahun kue hopia ini terus menyebar menjadi camilan biasa dikalangan ibukota Chang'an, Xi'an sekarang, sampai suatu malam Tiong Ciu dimasa kejayaan Tionghoa Tang di abad 8 Masehi.

Seperti biasa pada malam Tiong Ciu tersebut, Maharaja Tang Xuan-zong dan Rani Agung Yang Gui-fei bersama keluarga dan pejabat tinggi beramai-ramai merayakannya di Summer Palace, Hua-qing-gong di Lishan. Di atas mejanya tersedia banyak buah-buahan tradisi untuk Festival Bulan, seperti labu kuning, semangka, buah anggur dan lain-lain, juga dihidangkan berbagai camilan kue-kue dan pia.

Yang Gui-fei sambil menikmati acara tarian yang disukai, sambil mengambil sebiji pia dan hanya dicicipi sedikit, ternyata pia tersebut rasanya sangat enak dan dia menyukainya, terus membisik kepada Maharaja, "Pia apa ini?" "Gak tahu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun