Umum di Indonesia, setiap makanan punya nama kotanya, contohnya, soto Madura, pecel Blitar, tahu pong Semarang, empe-empe Palembang, wingko Babat, dan tidak heran kalau es pun Shanghai. Mengapa es saja sampai sejauh dari Shanghai sana?
Di Los Angeles dalam beberapa minggu ini luar biasa panas dan lembabnya, sekonyong-konyong ada gambar es campur kegemaran dijaman kepungkur itu keluar dari ingatan, memang ini pilihan terbaik untuk menyegarkan badan.
Disini yang merupakan bumi peleburan bangsa-bangsa tentunya aneka ragam es campur ada, yang dari Filipina namanya es Halo-halo, dari Taiwan yang disebut es Bo-bing, dari Thai itu disebut Wann-yen, dari Vietnam menjadi Sam-bo-luong, dari Hawaii hanya Inggrisnya saja Saved Ice yang katanya dari es Jepang Kakigori. Tentunya dari Indonesia itu es Shanghai atau sering disebut teler. Semuanya setiap saat ada persediaannya disini.
Ada pendapat yang menegaskan bahwa es Shanghai pembawaan Jepang dari Perang Dunia ke-dua, ada pendapat yang menyangkalnya karena es campur itu tidak berwarnakan bumi hangus dari serangan Jepang di Shanghai, tapi semuanya masuk akal.
Apakah memang es serut pembawaannya Jepang? Kabar itu berasalkan dari Taiwan yang pernah dijajah Jepang selama 50 tahun dipermulaan abad lalu, dari 1895 hingga 1945. Sehingga orang Taiwan bagaikan katak didalam tempurung, yang hanya kelihatan Jepang langitnya. Pasukan Jepang membawakan es campur dari Shanghai ke Taiwan, yang kemudian dari pasukan Taiwan yang dikirim menyerang Jawa dan memperbudakkan 200 ribuan Romusha bangsa Indonesia, bersama mereka membawakan Es Shanghai itu.
Memang ada ceritanya es yang dari Shanghai, Tiongkok ini.
Hidangan es serut sudah merupakan kenikmatan bangsawan Tionghoa Tang ribuan tahun lalu di ibukota Xi'an, yang turun temurun sampai dinasti terakhir Qing di Beijing abad lalu.
Dijaman dulu itu, sejauh 3000 tahun sebelum ada pabrik es, potongan es batu dari kali yang membeku sudah ditimbun dalam gudang bawah tanah di istana raja, es batu itu awet bertahan karena diselimuti tikar dari merang seperti yang masih dilakukan sampai sekarang, sehingga diwaktu musim panas bisa diambil untuk dinikmatinya.
Dijaman Song Selatan, rakyat Tionghoa Hangzhou dekat Shanghai sudah membuat berbagai macam es serut dalam bentuk es gandul, es campur dan es putar diabad 12 Masehi, sehingga dibawa pulang oleh Marco Polo yang kemudian menjadi gelato,es krim Italia diabad 13.
Ya, kebanyakan penemuan besar asal dari kebetulan, demikian juga penemuan alat mesin pembikin es batu, dari gara-gara seorang dokter yang mencari pengobatan satu penyakit menular yang mematikan di Florida, Amerika.
Sejak purba sudah dikenal ada penyakit demam yang mematikan didaerah tropik, sebelum mengerti apa sebabnya, diperkirakan karena kena "udara buruk" yang tergenang dipermukaan rawa-rawa disana, sehingga disebut mal-aria dalam bahasa Italia.
Kemudian baru diketahui bahwa Malaria bersama penyakit demam yang serupa, Demam Kuning (Yellow Fever) dan Demam Berdarah (Dengue Fever), ditularkan oleh gigitan nyamuk yang membawa kumannya. Hanya saja masih belum ada obatnya dipermulaan abad 19 lalu, dari dalil bila penyakit demam harus mengobatinya dengan pendinginan badan, maka upaya mencari cara pendinginan ini menjadi kejaran ilmiah diwaktu itu.
Mengandalkan penemuan orang Skotlandia pada tahun 1748 di Universitas Glasgow, William Cullen, yang prinsipnya dengan pemuaian gas yang pesat bisa mendinginkan, maka prinsip ini dipakai seorang walikota Apalachicola di Florida, dokter John Gorrie yang sedang mencari pengobatan Demam Malaria dan Demam Kuning disana.
Pertama-tama dia memekatkan gas dengan pompa lalu tekanan itu segera dilepaskan supaya dalam sekejap mata gas memuai, maka dia menciptakan mesin bikin es yang pertama di tahun 1851. Diapun dijadikan bapak dari kulkas dan air-con jaman sekarang.
Ada sesosok tokoh yang berpengaruh didalam es Shanghai ini, Turpin Hsi (1891-1968), dia adalah cucu dari pendiri bank HSBC (Hong Kong and Shanghai Banking Corporation) kelahiran Shanghai, lulusan teknik penyehatan di MIT (Massachusetts Institute of Technology) pada tahun 1914.
Selama studi di Boston, dia sangat aktip dalam menampilkan kebudayaan Tionghoa kepada masyarakat Amerika disana, saat itu Tiongkok baru saja terbentuk dan Tionghoa baru merdeka dari kekangan sistem feudal yang sudah berlangsung ribuan tahun. Dia bersama kawan-kawan dan saudaranya sendiri mendirikan "Klub Malam China" yang sering mempertunjukkan tunil, musik dan tarian Tionghoa, juga memperkenalkan badminton yang diciptakan di India itu di sana.
Sekembalinya di Shanghai, dia mendirikan pabrik es batu Pelangi pada tahun 1930, dan juga membuka pabrik es krim "Malam China", yang pertama di Tiongkok, ini segera menjadi kesukaan penduduk asing di wilayah konsesi kolonialisme di Tiongkok saat itu.
Sampai hari ini pabrik es Pelangi masih memproduksi es batu untuk kebutuhan Shanghai, dan es krim Malam China pernah diromantiskan oleh pasukan Jepang dalam sebuah lagu pada tahun 1938, juga dipakai buat judul satu film Jepang di tahun 1940, "Shina no Yoru".
Depot Es Guan Sheng Yuan ini menyuguhkan kreasi serutan es yang bagaikan pelangi, dihiasi dengan kacang merah, cincau, gudir dan buah-buahan, ini segera menjadi budaya pencuci mulut di Shanghai, maka dari sinilah resmi terlahirnya Es Shanghai pada tahun 1934.
Sewaktu panas-panasnya beberapa hari lalu, bisa menikmati es Shanghai yang disediakan di Monterey Park sini, sungguh menyegarkan awak.
Monterey Park, CA. 23 Agustus 2017.