Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Memburu Aurora Nan Mempesona di Islandia

18 Februari 2017   23:37 Diperbarui: 19 Februari 2017   09:39 1892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandara Akureyri. (dokumentasi pribadi)
Bandara Akureyri. (dokumentasi pribadi)
Mendung dan gerimis setibanya disana pada hari pertama, belum apa-apa sudah diumumkan oleh pandu tur Gisli, bahwa malam ini batal dan coba besok malam. Expected, tidak usah kecewa karena sudah bisa diduga sebelumnya. Baik untuk terus beristirahat saja, setelah perjalanan jauh sejak kemarinnya.

Besok malam keduanya, terlihat masih banyak awan menyelimuti langit, sehari tadi tidak hujan dan malah sewaktu-waktu ada matahari. Kami sekelompok 13 orang dari berbagai tempat di Amerika dengan antusiame tinggi, cepat-cepat memasuki mini bis yang menjemput, tepat pada waktu yang dijanjikan di pukul 20:45 petang.

Sepanjang jalan semua menjadi sirep dibawa Gisli yang mengaku dirinya adalah keturunan tulen yang ke-31, dari raja Viking yang pernah menduduki Irlandia itu, yang eyangnya sudah menetap disini sejak tahun 890 Masehi.

Pandu tur Viking Gisli dan grup menunggu aurora diatas bis. (dokumentasi pribadi)
Pandu tur Viking Gisli dan grup menunggu aurora diatas bis. (dokumentasi pribadi)
Malam ini adalah malam bulan purnama Cap-goh-meh, bulan pun keluar masuk awan. Dari segala persyaratan bukan yang menguntungkan untuk menengok aurora. Kami diam saja, karena Gisli terus mengecek ramalan aurora di HP nya. Sampai bis diparkir ditepi jalan perdesaan dibawah bukit gunung yang masih tertutup salju, terus menunggu didalam bis, karena diluar hanya 5 derajad Celsius dan ada angin yang mendiding.

Dibawah bulan purnama dan langit yang penuh awan. (dokumentasi pribadi)
Dibawah bulan purnama dan langit yang penuh awan. (dokumentasi pribadi)
Sewaktu kami pada umumnya mulai merasa sebal menunggu didalam bis yang kacanya semua tertutup oleh lapisan kabut dari pernafasan kami, sekonyong-konyong Gisli menjeritkan, “siap turun, aurora muncul sekarang”.

Setelah memberanikan diri berdiri dikedinginan menengokkan kepala kejurusan langit utara. Apa yang harus dipandang seperti kata Gisli, memandang dari kiri ke kanan, atau dari jurusan barat ke timur itulah jalurnya aurora, tidak ada cahaya warna hijau kekuningan yang berdansa di langit, koq?

Ternyata, memang malam itu tidak terlihat warna warni aurora karena terhapus oleh terang bulan. Gisli terus meneriakkan, “lihat itu disitu”, yang ditunjuk itu hanya merupakan kelompok asap yang bergerak-gerak, sedangkan awan lainnya tetap diam tenang saja.

Mengejutkan mata seketika saya menatapkan lensa kamera kejurusan awan yang bergerak itu, ternyata melalui lensa baru bisa kelihatan itulah aurora yang berwarna hijau kekuningan, yang tidak terpandang dengan mata telanjang kita. Maka kasihan juga bagi mereka yang tidak bersedia membawa kamera, ada aurora didepan mata tetapi tidak terlihat juga.

Tidak banyak peduli, mulai sibuk memotretnya secara membabi buta, sambil terdengar juga teriakan kawan-kawan yang minta difotokan dengan aurora itu.

dokumentai pribadi
dokumentai pribadi

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun