Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cerita Historis nan Romantis di Balik Lipatan Siomai

6 Februari 2017   03:36 Diperbarui: 6 Februari 2017   16:30 2102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siu-mai ala Shanghai di Hong Kong yang dihiasi roe telur kepiting. (dokumentasi pribadi)

Datong 大同 merupakan kota yang letaknya paling utara di Shanxi, di zaman Dinasti Ming persis di perbatasan Mongolia. Di sana merupakan tempat peleburan antara bangsa-bangsa Siberia, Mongol dan Tionghoa selama ribuan tahun. Pada permulaan Dinasti Ming, puluhan ribu pasukan muslim keturunan Persia dari Garison Shaowu Hokkian (Fujian) di bawah pimpinan Jendral Besar Muslim Chang Yuchun 常遇春 dikirim ke sana yang seterusnya menetap untuk pertahanan diperbatasan dengan Mongol. Pasukan Garison Shaowu dari Hokkian inilah yang juga mengawal Cheng Ho dalam pelayarannya seabad kemudian. 

Dari peleburan bangsa-bangsa di Shanxi pada umumnya dan Datong pada khususnya, itulah yang menghasilkan banyak wanita cantik disana. Contohnya, dua dari empat wanita tercantik dalam sejarah: Permaisuri Agung Yang Guifei Yuhuan dari Dinasti Tang dan Diaochan Ren Hongchang dari Sam Kok, dan juga dua permaisuri yang berkuasa: Ratu Wu Zedian Mei-niang dari Dinasti Tang dan Permaisuri Cixi Yehnara Xingzhen dari Dinasti Qing, semua orang Shanxi.

Masjid Agung Datong setelah dilestarikan oleh Jendral Besar Chang Yuchun. (dokumentasi pribadi)
Masjid Agung Datong setelah dilestarikan oleh Jendral Besar Chang Yuchun. (dokumentasi pribadi)
Disambut Ustadz dan Imam keturunan pasukan Shaowu di Masjid Agung Datong. (dokumentasi pribadi)
Disambut Ustadz dan Imam keturunan pasukan Shaowu di Masjid Agung Datong. (dokumentasi pribadi)
Gerdu Bedug Datong. (dokumentasi pribadi)
Gerdu Bedug Datong. (dokumentasi pribadi)
Omong punya omong Zhengde dengan kasim pengawalnya berdua yang menyamar anak sekolah, diam-diam meninggalkan Istana Forbidden City di Beijing sudah tiba di Datong Shanxi, tertarik sama makanan shao-mai setempat dan mencarinya. Jalan punya jalan kelihatan ada seorang gadis cantik yang sedang menjeritkan, “Mari mampir mencoba shao-mai hangat kami” di depan warungnya yang terletak di belakang Gerdu Bedug di tengah keramaian kota kecil ini.

Pikir Zhengde di dalam hati, berani amat warung ini yang memakai nama “Long Feng/Liong Hong”, artinya Naga dan Cendrawasih, sebab istilah begitu yang melambangkan kerajaan hanya boleh dipakai oleh kaisar dan permaisurinya, pelanggaran dianggap tindakan makar yang bisa dihukum mati. Dia saat itu juga sudah tidak banyak peduli protokol kaisaryah, pokoknya tertarik oleh gadis cantik di depan matanya yang mulai menimbulkan hasrat untuk menggodanya.

Setelah memasuki warung yang kecil dan sederhana itu, dari kebiasaan mereka berdua memilih meja di pertengahan ruangan, segera menegur gadis itu, “Lagak benar warung kecilmu Naga dan Cendrawasih ini, sungguh berani mati menamakannya begitu”.

“Mengapa tidak boleh?” tegur kembali sang gadis yang baru berusia 18 tahun itu, “Saya Lie Hong dan kakak saya Lie Liong, maka warung kami namakan Liong Hong”. Diteruskannya, “Eh, melihat dari tampang dan kenaan pakaian, kamu ini sepertinya terpelajar dan semestinya dari keluarga baik, tetapi kelakuanmu kurang anggun, mengapa terus menatapkan matamu kepada saya? Tungguh nanti biar dihajar kakak saya, sebaiknya kalian segera keluar saja.” Sambil merasa malu.

Mentang-mentang sang raja mau diusir, tingkah ketegasan gadis ini tambah mengairahkan playboy Zhengde yang selama ini belum pernah mendapatkan tantangan apapun juga. Ada 3000 dayang-dayang didalam istananya, siapa yang tidak mengharapkan bisa disukainya dan pernah menolak godaannya. Pikirnya, saya suka yang satu ini, karena dia tidak mengenal aku ini siapa.

Segera menyuruh pengawalnya untuk mengusir semua tamu yang sedang makan di sana. Lie Hong juga seketika menjadi resah melihat kelakuan tamu muda satu ini yang bertingkah sewenang-wenang dan tidak aturan. Cetusnya, “Kamu kira kamu ini Maharaja, seenaknya mengusir semua tamu saya?”

Dengan tenang saja dijawab, “Memang saya adalah Raja Zhengde”.

“Kamu makar, berani memalsu dirinya raja, tidak takut dipenggal kepala?” Lie Hong mulai marah.

“Saya memang Raja Zhengde, mengapa kamu tidak bisa percaya?”

“Kamu itu raja? Lol,” Lie Hong mulai geli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun