Mie terbuat dari gandum, dari situ seharusnya berasalkan dari Timur Tengah maupun Asia Tengah seperti Suriah, Jordan dan Turki, karena dari Iraq bagian timur sanalah yang sudah ada penamanan gandum sejak 9000 tahun lalu.
Dari tanah subur Mesopotamia situlah manusia mulai bisa membuat adonan dari bubuk halus gandum yang sekarang disebut tepung terigu (trigo itu gandum dalam Portugis) yang mempunyai kekenyalan yang bisa ditarik-tarik untuk dibikin mie.
Melalui perantauan manusia dan pertukaran budaya dari jalur perniagaan, sehingga mie dari Persia juga mencapai tujuannya di Tiongkok maupun Italia.
Sekarang mari kita kembali ke Mie Yang-jun. Mie dasar yang sangat sederhana, hanya terbuat dari adonan tepung dan air, karena tanpa telur dan minyak, maka warnanya pucat bagaikan sinar matahari. Mie ini merupakan bentuk mie Suzhou yang kemudian menyebar ke Shanghai dan sekarang populer di Taiwan.
Sewaktu Tiongkok didalam segala kesukaran dimasa pecah belah, mie putih dalam air tawar itu seharga 10 sen semangkok di Shanghai, dari angka 10 itu juga, maka mie tersebut di-romantis-kan dengan penamaan “Mie Yang-jun” oleh khalayak miskin.
Ternyata mie yang-jun terbawa oleh Tionghoa yang merantau di Nusantara, dijual dengan gerobak dorongan sambil memukul sepotong bambu kecil yang mengeluarkan bunyi “tok” “tok” “tok”, dari situ juga Tionghoa pendatang baru mendapatkan julukan, Cina Totok.
Dari anak Tionghoa Totok yang menceritakan ini mengucapkan: Selamat Tahun Baru 2017.
Oleh: Anthony Hocktong Tjio.
Monterey Park, CA. 15 Desember 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H