Mohon tunggu...
Anthony Tjio
Anthony Tjio Mohon Tunggu... Administrasi - Retired physician

Penggemar dan penegak ketepatan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ada Kelinci di Rembulan

29 September 2016   20:18 Diperbarui: 29 September 2016   20:39 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Tiong Ciu sudah lewat 2 minggu, pia pun sudah tidak tersisa lagi. Ini hari sedang panas-panasnya mencapai 40 derajad di Los Angeles, dan besok lusa sudah mulai musim rontok, sekonyong-konyong menerima kabar dari kawan di Jerman, dengan pertanyaan yang menggairahkan ilham menulis:

koh hock tong,

aku dapat bbrp presentaion ttg gambar dewi2 dgn latar belakang bulan. yg aku mau tanya kenapa sering terlihat gambar/symbol kelinci? apa membuatnya saat tahun kelinci atau bagaimana? trims

pit

Setelah meng-Google, betul, memang ada kelinci di rembulan.

Yang begini ini terlihat di Tiongkok.

(gambar dari Natgeo)
(gambar dari Natgeo)
(gambar dari aoobo.com)
(gambar dari aoobo.com)
Rupanya sejak purba orang sudah memandang kebulan diangkasa. Tentunya tidak bisa diketahui siapa yang pertama menggambarkan ada kelinci dan katak diatas bulan, sekarang sudah ada teleskop canggih yang bisa menembus angkasa luar, tetapi dulu pun mungkin orang juga bisa memandang bulan dengan mata terbuka, karena udaranya masih sangat jernih. Buktinya ada banyak peninggalan sejarah yang bergambaran begitu.

Bisa jadi sejak eyang kita bersama Ibu Lucy dari Dusun Hadar di Ethiopia Timur itu sudah melihatnya disekitar 3,2juta tahun lalu, dan bayangan itu dibawa oleh cucu-cici keturuanannya yang merantau keluar dari Afrika 170ribu tahun lalu, kebanyakan mereka melintasi Aram-Mesopotamia diantara sungai-sungai Euphrates dan Tigris di Iraq ke Siberia, dan dari sana ada yang sampai menemukan Tiongkok 80ribu tahun lalu, juga ada yang lebih berani menyeberangi Selat Laut Beringia yang membeku meneruskan perjalanan mereka sampai sejauh Mesoamerica di Benua Amerika sekitar 60ribu tahun lalu.

Gambaran begini sudah disaksikan oleh Tionghoa 2000 tahun lalu. Katak dan kelinci dibulan sudah menjadi motip gambar jubah sutra milik Nya Xin Zhui, istri perdana menteri Negeri Changsha Hunan, yang dibawa kekuburannya dijaman Dinasti Han.

(gambar dari aoobo.com)
(gambar dari aoobo.com)
Begitupun kelinci dibulan itu juga dikenal dalam kebudayaan Maya di Guatemala sekitar 2000 tahun lalu, dimana Dewi Rembulan Ixchel kelihatan merangkul kelincinya diatas ukiran batu  “Borobudur”-nya dan dipatung-patung.

(gambar dari somaearth)
(gambar dari somaearth)
(gambar dari somaearth)
(gambar dari somaearth)

Alkisah didulu-dulu kala, bumi ini pernah hampir terbakar oleh kepanasan 10 matahari yang tergantung diatas langit, yang menurut cerita lama Tionghoa ataupun kabar yang dibawakan ke Tiongkok dari Aram-Mesopotamia, karena itu membikin orang tidak bisa memuaskan kehausannya setelah menggarap ladangnya, bukan sebab belum adanya es Coca Cola diwaktu itu, dimalampun tidak bisa istirahat karena tidur kepanasan, bukan sebab sebelum adanya air-con, dan hampir mati kelaparan karena ladangnya pada kering gara-gara kepanasan yang membakar itu.

Ternyata 10 matahari itu bukan lain adalah anak-anak Maharaja Giok di Nirwana yang bermukim di Lembah Air Panas di Lautan Timur, mereka ditugaskan untuk menerangi bumi dan memberi kehangatan dunia yang diatur oleh ibu mereka, Maharani Awang Kulon, Ratu Langit Barat, supaya bergilir hanya satu matahari bertugas untuk setiap harinya. Namun dari kejenakaan 10 kanak-kanak itu pada suatu hari mereka beramai-ramai serentak muncul dilangit dan tidak mau turun, sehingga mendatangkan malapetaka kepada bumi dan makluknya.

Untungnya ada satu pemanah tajam, seorang dewa ksatria Ki Ageng Pemanahan Hou-yi yang melihat kehidupan bahagia makluk didunia terancam oleh kemurkaan 10 matahari itu, dia tidak tahan lagi melihat semua orang juga menderita begitu, maka dipanahlah matahari-matahari dilangit itu dengan ketepatan mengenai setiap sasarannya. Satu persatu matahari berjatuhan. Sampai sudah menggugurkan matahari yang kesembilan, dia berhenti sejenak sebelum meneruskannya, dia lalu berpikir sebaiknya mengasihani yang terkecil itu, supaya bumi tetap ada sedikit penerangan yang memudahkan orang berburu dan menggarap ladangnya untuk penghidupan mereka, lagi pula mahal kalau orang harus selalu menyulutkan lilin siang dan malam.

Jasa menyelamatkan bumi dan makhluknya itu mendapatkan ganjaran amarah Maharani Awang Kulon karena anaka-anaknya dibunuh. Tanpa pengadilan dan kesempatan Hou-yi membela dirinya, dia bersama istrinya yang bernama Nyi Chang’e, diusir keluar dari Nirwana dan diasingkan ke Bumi. Seterusnya harus mencari nafkahnya sebagai pemburu disini.

Dia tetap mendapatkan pujian dari dewan perwakilan dewa-dewa karena jasanya menyelamatkan bumi ini. Suatu hari datanglah utusan perwakilan dewa yang menghadiahi piagam kehormatan dan secangkir kecil teh panjang umur yang hanya cukup untuk seorang kepada Hou-yi, dengan pesan, segera minumlah maka kamu bisa terus terbang kembali ke Nirwana dan panjang umur disana puluhan ribu tahun.

Wah, pikir Hou-yi, jika saya terbang begitu saja, bagaimana anak dan istriku, Chang’e nantinya? Gak bisa, walaupun kehidupan didunia ini begitu menyusahkan, juga gak tega saya akan meninggalkannya mereka begitu saja. Maka dipasrahkan kepada Chang’e, istrinya supaya menyimpannya baik-baik teh panjang umur itu.

Setelah mereka diturunkan kepenghidupan duniawi, Chang’e meresa tidak bahagia, sering bercekcok dalam keluarga. Sekarang lelaki duniawi Hou-yi pun bisa bermain serong dibelakang istrinya, dia punya kekasih perempuan lain Xin-fei, ini membikin Chang’e berkesal hati.

Rahasia mempunyai teh panjang umur itu ternyata dibocorkan Wikileak, sehingga mendapat perhatian simagang yang namanya Feng-meng. Sewaktu Hou-yi sedang keluar berburu, dia datang merampok rumah gurunya. Dengan kekerasan memaksa Chang’e untuk menyerahkan teh gaib tersebut. Ketimbang jatuh ditangan orang, pikir Chang’e sambil menggenggam sebuah botol kecil rapat ditangannya, lebih baik diminum sendiri saja dan biar meninggalkan suaminya yang serong itu. Segera dengan mata gelap dan tidak diragukan lagi, Chang’e menelan seluruh teh itu.

Wa’Allah, kaki-kaki Chang’e sekonyong-konyong melepas landas, whoosh, bagaikan roket Apollo 11 menge-jet keangkasa luar, tetapi sejauh Chang’e melayang dalam sekejab mata itu, hanya turun dibulan yang pada malam itu sangat besar, terang dan berdekatan dengan bumi pada tanggal 15 bulan 8 Imlik, kebetulan itu Tiong Ciu.

Segera Chang’e memindai sekitarnya, disana memang luas terbuka dan rata, tetapi mashallah, sunyi banget. Dipermukaan bulan yang sangat tandus itu, Chang’e kelihatan ada sebatang pohon besar dikejauhan, itu pohon seruni yang rindangnya luas, berbunga wangi dan batangnya sangat tinggi, hampir 2 kilometer tingginya, pantasan pohon itu bisa terlihat dari bumi, pikirnya.

Terlihat dibawah pohon itu sepertinya ada seseorang, dan orang itu tidak henti-hentinya memukulkan kapaknya sekuat mungkin pada batang pohon itu. Astaga, ternyata sudah ada orang yang mendahuluinya datang disini. Setelah Chang’e mengampirinya dengan rasa ingin tahu, mengherankannya bahwa batang pohon itu sama sekali tidak terluka oleh bacokan kapaknya.

Chang’e dengan sopan minta permisi tanya pada orang itu, “Pak”, sapa Chang’e, “Bapak siapa ya, dan mengapa juga ada disini, kamu ini sedang mengerjakan apa?” Serentetan pertanyaan menyetus keluar dari mulut dengan penasaran.

“Nama saya Wu-gang, Neng. Saya kena hukum kurungan seumur hidup disini, karena saya membunuh Bo-ling, cucunya Maharaja Yan-di di Hunan, karena dia menodai istri saya sewaktu saya bepergian mengilmu Taoisme selama 3 tahun. Disini saya dihukum untuk menebang pohon celaka ini, setiap kali dikapak, lukanya terus sembuh kembali, sudah ribuan tahun tidak saja ketebang. Biarlah buat saya bergerak badan dan membuang waktu yang begitu panjang. Disini sehari itu setahun didunia.” Ujar Wu-gang.

Chang’e baru sadar mengapalah dia disini tidak henti-hentinya mengayunkan kapaknya kepada pohon itu, dikira seperti orang dibumi saja yang suka merusak properti umum. Sudah ribuan tahun?

Maharaja Yan-di asal Hunan adalah salah satu dari raja-raja purba yang bersama Maharaja Kuningan Huang-di asal Shaanxi menyatukan suku-suku yang menjadikan Bangsa Tionghoa sekitar 6000 tahun lalu. Yan-di merupakan eyang bangsa Tionghoa diselatannya Yangtze River yang disekitar 4000 tahun lalu, dari bangsa ini yang sampai menjadi penduduk Nusantara semula.

Chang’e juga menjumpai seekor katak besar, seekor kelinci besar dan seekor ular besar yang juga berada disekitar sana. Dari mana mereka itu dan mengapa disitu? Pikirnya lagi. Tidak segan-segan Chang’e terus melanjutkan pertanyaan mengenai seluk beluk binatang-binatang itu kepada Wu-gang.

“Oh, mereka itu anak-anak saya.” Jawab Wu-gang santai saja. “Istri saya menyesal setelah saya dihukum karena kesalahan perbuatannya, maka dia mengirimkan ketiga-tiga anak kita kesini untuk mendamping supaya saya tidak kesipian.”

 Setelah istirahat sejenak menghapus keringat didahunya, dia melanjutkan penjelasannya.

“Anak yang besar itu namanya Gu, si-gendrang, dia itu yang menjadi katak besar Jan-cuk dan pandai membuat gong. Anak yang kedua itu namanya Yan, si-pelambat, dia pandai membuat gending dan menjadi kelinci giok besar Yu-tu. Sedangkan anak yang ketiga itu namanya Qiang, si-kapak, dia pandai membikin sasaran panah dan dia itulah yang menjadi ular besar Tian-gui yang tidak beruntung. Mereka disini bisa memainkan musik Nirwana, memeriahkan suasana diwaktu kegelapan bulan baru, sehingga saya bisa terhibur.”

Kelinci Yu-tu menumbuk di Bulan yang terlihat dari Amerika. (gambar dari merrygoround)
Kelinci Yu-tu menumbuk di Bulan yang terlihat dari Amerika. (gambar dari merrygoround)
Chang’e heran, kata orang kalau Yu-tu itu sikelinci liar yang lincah berlarian, mengapa disini hanya kelihatannya terus rajin menumbuk sesuatu dilumpang.

Diampirinya dan ditanyakan, “Dik Yu-tu, kamu itu sedang menumbuk apa?” Tanpa berhenti sekejabpun, sambil terus menumbuk sambil menjawab, “Bu, biasanya saya menumbuk daun-daun pohon seruni yang sudah rontok untuk membuat ramuan obat herbal buat guru Taoisme disana, sambil cepat-cepat menghabiskan daun-daun itu supaya ayah bisa lekas lepas dari hukumannya. Tetapi sekarang sudah Tiong Ciu, menjelang Sin Cia yang hampir dimuka mata, maka keburu menumbuk ketan saja untuk mengolah Ni-kee, kue keranjang untuk perayaan tahun baru.”

“Sudah berapa lama adik Yu-tu mengerjakan ini?” Tanya Chang’e.

“Sudah 2000 tahunan, Bu.” Jawabnya tenang saja.

Wah, sekonyong-konyong hati Chang’e terasa dingin, pikirnya kalau begini, rupa-rupanya disini dengan mereka saya harus hidup berdampingan sepanjang masa ribuan tahun lagi.

Sejak dijaman Han 2000 tahun lalu, katak besar Jan-cuk 蟾 蜍  yang terlihat bayangannya di rembulan tersebut melambangkan panjang umur dan tidak bisa mati. Motip Jan-cuk biasanya diletakkan sebagai hiasan tali kuda para jendral untuk keselamatannya didalam peperangan. Terdapat juga pada lukisan dinding makam salah satu Maharaja Han untuk setelah hidupnya.

Motip katak besar dan kelinci liar disamping rindang pohon cinnamon dilukisan dinding makam salah satu Maharaja Han circa 200-100BC. (gambar dari aoobo.com)
Motip katak besar dan kelinci liar disamping rindang pohon cinnamon dilukisan dinding makam salah satu Maharaja Han circa 200-100BC. (gambar dari aoobo.com)
Siapa bilang Neil Amstrong, astronaut Amerika, adalah orang pertama yang mendarat diatas bulan?

Sesaat NASA meluncurkan para antariksawan dalam Apollo 11 menuju bulan untuk pertama kalinya dalam sejarah, pada tahun 1969, terdengar pesan dari pusat kontrol di Houston, Texas yang me-wanti-wanti astronautnya yang sedang bersedia mendarat di bulan pada tanggal 20 Juli itu, supaya “jangan sampai kelupaan menengok seorang putri cantik dengan kelinci besarnya disana”.

Tercatat dalam jurnal penerbangan National Aeronautic and Space Administration (NASA) bahwa Ronald Evans menceritakan legenda Tionghoa kepada astronautnya: “Sekitar 4000 tahun lalu sudah ada seorang Putri Cina cantik yang tinggal disana. Dia terhukum pembuangan disana karena mencuri minum obat panjang umur milik suaminya. Juga carilah pendampingnya seekor kelinci besar, kalian tidak bakal kesukaran untuk menemukannya, karena dia selalu berdiri dengan tungkai belakangnya dibawah keteduhan rindang pohon seruni disana.”  

Maka dikirim kembali ke Bumi gambar ini:

(gambar dari depositphotos)
(gambar dari depositphotos)
Tiongkok mengirimkan seekor Kelincil Giok lagi ke Bulan, ini kali bukan dongengan, tetapi sebuah Wahana Penjelajah Bulan hasil tekno canggih yang dinamakan Yu-tu, dengan roket Chang’e-3 pada achir tahun 2013.

Model lunar rover Yu-tu (kelinci giok) dipamerkan di Beijing sebelum peluncurannya dengan Roket Chang’e-3 pada tanggal 25 September 2013. (gambar dari Ecns.cn)
Model lunar rover Yu-tu (kelinci giok) dipamerkan di Beijing sebelum peluncurannya dengan Roket Chang’e-3 pada tanggal 25 September 2013. (gambar dari Ecns.cn)
Begitulah asal muasal kelinci di rembulan. Fakta atau fiksi, coba cari sendiri di Snopes.com saja.

Sementara ini, sudah habis ceritanya, enaknya berlesehan saja didepan rumah dengan sebotol Coke dingin ditangan yang meneduhkan rasa kepanasan malam bulan baru ini.

Met malem, matur nuwun, Pit. Hock Tong.

Oleh: Anthony Hocktong Tjio.

Monterey Park, CA. 26 September 2016.             

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun