Mohon tunggu...
Anthony Kwo
Anthony Kwo Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengapa Saham Perusahaan Besar Belum Tentu Menjadi Investasi yang Tepat?

10 Agustus 2018   12:46 Diperbarui: 10 Agustus 2018   13:05 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu alasan kenapa sangat sulit menentukan saham-saham unggulan adalah tidak semua perusahaan bagus pasti merupakan pilihan investasi yang tepat. Mungkin hal ini terasa janggal di telinga Anda, namun dengan segala kompleksitas kondisi pasar modal, hal ini mungkin saja terjadi.

Quick Bites: Tidak peduli seberapa bagus suatu perusahaan, jika ia tidak mampu menarik perhatian investor bermodal besar atau investor institusi, harga sahamnya tidak akan naik signifikan.  Jumlah saham yang banyak akan menurunkan nilai laba per saham atau disebut EPS (Earning per Share). 

Seperti yang kita ketahui, pasar dibentuk oleh jutaan investor. Apa yang akan terjadi jika ada sebuah perusahaan bagus yang hanya diketahui satu atau dua investor, namun tidak oleh investor lainnya? Jika cukup banyak investor mengabaikan perusahaan bagus tersebut, kesuksesan perusahaan tersebut tidak akan berhasil menaikkan harga sahamnya. 
Mari kita simak beberapa alasan kenapa perusahaan besar tidak selalu jadi investasi yang baik.

Terabaikan Investor 

Tidak peduli seberapa bagus suatu perusahaan, jika ia tidak mampu menarik perhatian investor bermodal besar atau investor institusi, harga sahamnya tidak akan naik signifikan. 

Apa sebenarnya kriteria yang membuat sebuah perusahaan bagus? Apakah perusahaan dengan fundamental yang kuat? Jika demikian, investasi akan menjadi sangat mudah. Cukup pilih perusahaan dengan performa fundamental terkuat, investasikan uang Anda dan tunggu harganya naik.

Sayangnya, bukan itu hal yang selalu terjadi. Sebelum sebuah saham menjadi saham unggulan, ia harus terlebih dahulu menarik perhatian investor, terutama investor institusional. Untuk itu, perusahaan harus mempunyai beberapa kualitas yang membuat para investor terkesan.

Terlalu Banyaknya Jumlah Saham Beredar

Perusahaan bisa mengeluarkan terlalu banyak saham beredar. Hal ini bisa terjadi dari awal pencatatan saham perdana atau karena mereka terus mengeluarkan saham dalam perjalanannya. Apa pun alasannya, jumlah saham yang terlalu banyak akan menurunkan nilai laba per saham atau disebut EPS (Earning per Share). 


Sebagai contoh, jika suatu perusahaan menghasilkan profit sebesar 150 miliar dari penjualan dengan margin profit sebesar 10%, hal ini mengindikasikan kinerja yang sangat baik, bukan? Tetapi berapa yang akan Anda dapatkan sebagai investor jika perusahaan tersebut mempunyai 1 miliar lembar saham? Anda bisa hanya mendapatkan EPS sebesar 15 perak. Walaupun secara fundamental baik, jumlah saham beredar yang terlalu banyak akan tidak menguntungkan para investor. 
Ini adalah alasan utama mengapa perusahaan sering kali membeli kembali saham mereka. Mereka menurunkan jumlah saham beredar mereka agar bisa meningkatkan nilai EPS. Walaupun dalam laporan keuangan profit stagnan, dengan membeli kembali saham mereka, EPS akan meningkat sebesar 11%. Jika perusahaan besar tidak membeli saham mereka, besar kemungkinan investor institusi tidak akan tertarik untuk membeli saham mereka.
Satu yang mungkin menjadi alasan mengapa sebuah perusahaan dianggap memiliki kinerja yang baik adalah karena mereka memiliki hutang yang kecil. Dan hal ini juga mungkin disebabkan karena mereka memilih untuk menerbitkan saham baru daripada meminjam uang kepada bank atau surat berharga perusahaan.

Dari sisi fundamental, perusahaan mungkin terlihat aman secara keuangan. Mereka punya jumlah hutang yang rendah sehingga hanya perlu membayar jumlah bunga pinjaman yang kecil. Tapi, praktik menerbitkan saham baru adalah aksi yang menurunkan pertumbuhan EPS. 

unsplash.com
unsplash.com

Perusahaan Bergerak di Industri yang Sedang Lesu

Tidak peduli seberapa bagus suatu perusahaan, investor akan menghindari saham-saham yang berada di industri yang tidak berkembang atau bahkan mengalami penurunan. Investor seringkali lebih tertarik pada konsep bisnis dari suatu perusahaan daripada profitabilitas. Dalam pencarian calon saham unggulan, sangat besar kemungkinan investor membeli saham perusahaan yang masih belum menghasilkan keuntungan tetapi memiliki konsep bisnis yang menarik.

Berbeda halnya jika perusahaan berkecimpung di industri yang sedang mengalami penurunan, dia akan terlihat tidak menarik di mata investor meskipun kinerjanya baik. Sebagai contoh, lima tahun terakhir industri tekstil terus mengalami penurunan. Mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menyebabkan melemahnya permintaan global yang berimbas ke pasar tekstil Indonesia. 
Industri tekstil Indonesia kalah bersaing dengan Vietnam, Bangladesh dan China. Industri tekstil pun menjadi kurang menarik di kacamata para investor.Fakta bahwa perusahaan dengan kinerja bagus tidak selalu merupakan investasi yang tepat, menekankan bahwa investasi bukan hal yang mudah. Ini adalah alasan utama mengapa begitu banyak investor memilih reksa dana dan bukan saham.
Meskipun Anda sudah melakukan semua riset dan berhasil menemukan perusahaan yang sepertinya tidak boleh Anda lewatkan, masih tinggi kemungkinan hasilnya tidak sesuai dengan prediksi Anda dan biasanya untuk alasan yang tidak pernah Anda perhitungkan. 
This article is written by: Andhika A. QWP 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun