Tanggapan keluarga korban
Kami tidak ingin pergi dari sini, tapi tak ada pilihan. Saya juga ingin mengirim pesan bahwa pemerintah tak berbuat apa-apa, tapi memaksa korban untuk bersembunyi," kata ayah Na-young kepada saya, beberapa hari setelah Cho dibebaskan, setelah menjalani hukuman penjara 12 tahun setelah mendapat pengurangan masa hukuman. Keluarga juga khawatir dengan pindah tempat tinggal, identitas mereka akan terkuak. Tapi mereka merasakan bahwa hanya itulah pilihan mereka.
Tanggapan Publik
Lebih dari 600.000 orang menandatangani sebuah petisi dalam situs kepresidenan Gedung Biru, menyerukan untuk pengadilan ulang dan menolak Cho untuk berbaur lagi dengan masyarakat. Tapi pemerintah menolak seruan tersebut.
Yang membuat publik geram yaitu Cho Doosoon akan kembali ke tempat tinggalnya yang masih berada dalam satu lingkungan (di daerah Ansan) dengan kediaman korban saat ini. Dimana hanya berjarak kurang dari 1km dari kediaman nayoung.
Tidak hanya itu, masyarakat juga geram karena istri Cho Doosoon justru bersikeras membela suaminya dengan alasan lelaki tersebut 'berada di bawah pengaruh alkohol.'
Aksi protes pun bermunculan, termasuk lewat lagu berjudul 'Nayoungee' yang dirilis penyanyi R&B ALi pada 2011 dan film 'Hope' yang dibuat berdasarkan kisah tragedi Nayoung pada 2013.
Banyak warganet yang berharap hukuman Cho Doosoon diperpanjang atau dirinya dijauhkan dari Nayoung.
Tindakan Pemerintahan
Untuk meredam kemarahan publik, kepolisian berjanji untuk mengawasi Cho sepanjang waktu, memasang 35 kamera pengawas, dan mendirikan pos polisi baru di sekitar lingkungan rumah Cho. Selain itu, Cho juga akan dikenakan sebuah perangkat pemantau elektronik selama tujuh tahun.
Kepolisian juga menawarkan keluarga Na-young sebuah jam tangan pintar yang akan mendeteksi dan memberi sinyal ketika pelaku berusaha mendekati mereka. Tapi ayah Na-young mengatakan hal ini akan membuat mereka "merasa lebih cemas", dan keluarga menolak untuk menggunakan perangkat tersebut.