Mohon tunggu...
Anthonia Audisheren
Anthonia Audisheren Mohon Tunggu... Freelancer - Voila

Lumnous bimbimbab 💥

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Mengingat Kenangan Lama, Arie Hanggara 1984

1 Desember 2018   07:00 Diperbarui: 2 Desember 2018   19:38 3273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kisah Arie Hanggara tersebut tentu kita tahu hak yang dimiliki Arie telah dihancurkan oleh ayah kandung dan ibu tirinya sendiri. Arie yang harusnya mengalami kebahagiaan dalam keluarga sesuai usianya. Namun ia harus merasakan pahitnya penyiksaan keluarga sebagai pelampiasan orang tua akibat perdebatan krisis ekonomi keluarga. 

Hingga akhirnya bocah yang bernama Arie Hanggara tersebut harus pergi untuk selamanya di saat umurnya yang belum mencapai 8 tahun. Akibat perbuatan yang dilakukan kedua orang tuanya itu, ayah dan ibu tirinya dipenjara yang tidak diketahui seberapa lama. Yang pasti saat mereka ke makam Arie, banyak kawalan polisi disekitarnya. Orang tua Arie menyesal apa yang telah dilakukannya yang dibuktikan ada sebuah coretan bertuliskan "maafkan papa nak... Maafkan mama juga." 

Yang namanya penyesalan selalu datang di akhir cerita. Namun percuma saja mereka meminta maaf atau menangis seberapa lama, karena itu tak akan mengubah fakta jika sang bocah Arie sudah tiada untuk selamanya akibat kekerasan yang dilakukan orang tuanya sendiri. Sungguh mengharukan bukan kisah Arie Hanggara ?

Ya kisah Arie Hanggara merupakan kisah dimana orang tuanya sendiri melakukam tindak kejahatan terhadap kemanusiaan dimana melakukan penghilangan nyawa kepada anaknya sendiri. Tindakan tersebut merupakan kasus pelanggaran HAM yang berat. Maka dari itu pelaku kejahatan (orangtua Arie) berhak mendapatkan hukuman yang berat pula. Namun hingga saat ini belum diketahui hukuman apa yang diberikan pada Tino dan Santi.

Saran bagi pembaca : mari kita memikirkan matang-matang mengenai masalah pernikahan. Karena jika pernikahan tidak dewasa, kita akan sering bersikap anak-anak seperti melampiaskan amarah pada orang lain (keluarga, dan anak) bahkan bisa membahayakannya. Oleh karena itu hindari pernikahan dini, dan gunakanlah prinsip "berpikirlah sebelum bertindak."

Terimakasih readers sudah meluangkan membaca artikel saya. Jika ada salah kata mohon dimaafkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun