Mohon tunggu...
Anthonia Audisheren
Anthonia Audisheren Mohon Tunggu... Freelancer - Voila

Lumnous bimbimbab 💥

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Mengingat Kenangan Lama, Arie Hanggara 1984

1 Desember 2018   07:00 Diperbarui: 2 Desember 2018   19:38 3273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

a. Penghilangan nyawa, pemusnahan, dan perbudakan.

b. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa.

c. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan paksa, dan bentuk kekerasan seksual lain yang setara.

d. Dll

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia, sudah terjadi sejak dulu, mulai era setelah kemerdekaan, era Orde Lama, era Orde Baru dan juga setelah reformasi. Contoh dari kasus pelanggaran HAM yang akan dibahas pada artikel ini adalah mengenai tindakan kekerasan orang tua pada bocah lelaki yang bernama Arie Hanggara.

Ingatkah kalian siapa itu Arie Hanggara ? Arie Hanggara adalah nama seorang bocah lelaki berusia 7 tahun yang meninggal pada 8 November 1984 akibat penganiayaan yang dilakukan oleh orang tuanya, Machtino bin Eddiwan alias Tino dan ibu tirinya Santi binti Cece. 

Kasus mengenai Arie Hanggara ini telah mencuri perhatian media massa maupun media cetak pada saat itu. Hingga sekarang, kasus Arie Hanggara masih sering diangkat dan dijadikan refrensi oleh media massa Indonesia, terutama jika terjadi kasus yang sama mengenai penganiayaan anak oleh orang tuanya sendiri.

Arie lahir di tengah keluarga yang mengalami kekurangan ekonomi. Tino, ayah Arie adalah lelaki pemalas dan tukang janji melulu. Bahkan, saudara dari pihak istrinya mengecap Tino sebagai lelaki yang hanya mampu membuat anak saja tanpa bisa bertanggung jawab membiayai anak itu. Karena Tino tak punya pekerjaan, namun punya selera tinggi ditambah kebutuhan di Jakarta yang menuntut banyak. 

Hal itu membuat mereka kesulitan ekonomi. Hingga akhirnya Tino dan Dahlia Nasution, istrinya bersitegang. Lalu istrinya kembali ke Depok dan menitipkan anaknya di rumah neneknya.

Beberapa minggu kemudian, Tino kembali mengambil anak-anaknya dan memulai hidup yang baru bersama istri barunya, Santi. Mereka tinggal di sebuah kontrakan kecil di kawasan Mampang bersama 3 anaknya yaitu Anggie, Arie, dan Andi. Walau sudah membuka lembaran hidup yang baru, Tino tetap saja sebagai pengangguran. Hal itu membuat Santi (pekerja kantoran) mulai cerewet ditambah kebandelan anak-anak yang sesuai perkembangan usianya.

Diantara ketiga anak Tino, Arielah anak yang paling bandel dan tidak patuh aturan yang dibuat Tino. Menurut teman-teman sekelasnya di SD Perguruan Cikini, Jakarta Pusat, Arie dikenal sebagai anak yang lincah, lucu, kadang bandel, dan suka bercanda. Namun menurut gurunya, Arie dikenal sebagai anak yang rajin dan pandai karena ia sering mendapatkan nilai matematika 8,5. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun