"Mungkin Tuhan berencana lain lan, makanya sampai saat ini dan detik ini pula elu masih diberikan kejombloan hahaha, ngomong-ngomong lucky mana?" Tanya gue sama alan.
Tiba-tiba dengan muka tertunduk, kepala memakai kupluk sweeter berwarna hitam, celana jeans sobek-sobek, seseorang menghampiri ke arah gue, dia diri tepat di hadapan gue dengan tangan mengepal. Gue menengok ke Alan mendongakkan kepala sebagai kode "siapa dia" Alan pun dengan suara pelan serta menggelengkan kepalanya menjawab "nggak tahu". Semakin penasaran siapa dia sebenernya, agar tetap tenang dan rileks, gue mencoba menggenggam gelas kopi yang sudah jadi, lalu menyeruput dengan suara lantang "sruuuuppp ahh" dan meletakan kembali gelas di tatakanya. Hawa yang tadi sejuk berubah panas, suara-suara di sekitar hilang, tinggal suara hati dan suara Alan yang berkata sambil menepuk pundak gue.
"Cabut dulu ya, gue lupa nyokap minta anterin beli kembang tujuh rupa" sekilas gue bingung, dan tak menjawab pamitan si Alan yang langsung menyalahkan motor dan pergi
Hati semakin bertanya-tanya, nyali kembang-kempis, "siapa sih orang ini, bajingan" gumam gue kepada angin, Gue menatap muka dia yang tertutup kupluk, lalu berdiri memberanikan diri untuk membukanya, langsung aja gue raih  kupluknya lalu tarik kebelakang.
"Lah... kok gak ada mata, idung, sama mulutnya, jancuuk mukanya rata astaghfirullah Setaaannnnn" gw teriak sekenceng-kencengnya sambil angkat kaki dari warkop.
 Gue tinggalin banda-banda macem handphone, dompet, rokok serta korek-koreknya di atas meja warkop, gak peduli yang penting selamat. Gue lari pelan-pelan sesekali nengok ke belakang, apakah setan itu ngikutin apa enggak, seketika juga tiang listrik jatuh saling bersilangan, rumah-rumah hancur, pepohonan sekitar pada rubuh, dan bumi bergoyang.
"Allah hu Akbar, ada apa ini? Aspal yang gue injek juga mulai longsor dan  ingin memakan gue aaaaahhhhhhhhhhh..."
Gue terbangun tepat pukul sepuluh malam." Hadduhhhh...ternyata tadi cuma mimpi Ya Allah, tidur jam delapan bangun-bangun jam segini" dengan peluh di sekujur tubuh, seakan kipas yang berputar di atas kasur tak berpengaruh, hati mendadak kisruh lamunan menatap bingung tak acuh membayang bila mati dan terbunuh. "Huuuuuhhh" ucap gue sembari bangun dari kasur untuk berjalan ke arah dapur mengambil minum. Langkah demi langkah gue lewati ruangan satu persatu tertunduk lesu menatap wajah ubin, seketika bulu kuduk berdiri, terasa ada seseorang yang mengikuti. Dalam hati berkata, mungkin efek mimpi tadi. Setelah minum gue berfikir karena waktu masih sore dan belum terlalu larut. Alangkah baiknya gue bikin kopi, dengan begitu membuat jiwa dan raga segar kembali. Singkat cerita setelah kopi hitam sudah dibuat, gue jalan menuju ruang tamu, tapi kok ada yang aneh.
"Perasaan dirumah gue gak ada kursi goyang yang terbuat dari kayu, siapa yang beli" ngomong gue di dalam hening.
Sambil gue liat-liat tuh bangku goyang semakin gak peduli itu dari mana. akhirnya gue seruput tuh kopi yang ada di tangan dengan santai "sruupp" sambil berkata "mantaaplah, masa enggak pula" gw coba dudukin kursi goyang itu dengan perlahan, nikmati malam itu dengan sedikit memejamkan mata dan segelas kopi hangat yang menemani, tiba-tiba sedang asyiknya duduk. Sebuah kain sarung mengalung di leher, dengan tarikan yang kuat mencekik gue, membuat nafas hampir terhenti, gelas yang berisi air kopi  jatuh pecah ke lantai, tangan gue mencoba melepas ikatan kain yang terikat kencang. "Aaaaaaaaahhh, siapa ini" gumam gue sambil
meringkih kesakitan. Dengan suara samar-samar terdengar seseorang berkata.
" I kill you."