Mohon tunggu...
Antares Daffa Firasyan
Antares Daffa Firasyan Mohon Tunggu... Lainnya - Antares Daffa

Join A Light Side

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Naturalisasi Kompetensi

15 September 2024   19:04 Diperbarui: 15 September 2024   19:06 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Unggahan Peter F. Gontha di laman Instagram pribadinya memancing diskursus sosial media atas isu yang telah lama muncul sebagai konsekuensi dari begitu banyak pemain keturunan dan diaspora yang dipanggil dan menjadi andalan Tim Nasional Indonesia baik di tim senior maupun di kelompok umur dari usia 17 (U17) sampai dengan U23.

Beberapa poin kekhawatiran Peter F. Gontha merujuk kepada pertandingan terakhir kualifikasi ronde ketiga Piala Dunia antara Indonesia melawan Australia yang mana sembilan dari sebelas utama pemain Timnas diisi oleh pemain keturunan (naturalisasi). Kekhawatiran yang kembali membuka perbincangan lama terkait perang dingin antara suporter Timnas yang pro naturalisasi dan kontra naturalisasi.

Sebelum melangkah lebih jauh, tentu permasalahan mengenai kontra narasi dari proses naturalisasi dapat dipahami sebagai bom waktu yang bisa muncul kapan pun apabila terkait dengan menanjaknya performa Timnas Indonesia di kancah sepakbola dunia. Tanpa mengurangi  rasa hormat kepada bapak Peter F. Gontha dan sumbangsihnya selama puluhan tahun kepada negara, rasanya kita juga perlu melihat mengapa secara liar saat ini pemain naturalisasi kita rasa-rasanya lebih dibela dan di backup setengah mati oleh suporter dan mungkin kita sendiri.

Sebelum melihat mengenai pernyataan tersebut saya mencoba untuk membeda kembali poin-poin keresahan bapak Peter F. Gontha di dalam unggahan Instagramnya.

Singkatnya, dalam suatu kesempatan, pak Peter F. Gontha baru saja mengusir salah seorang koleganya yang merupakan Warga Negara Asing (WNA) karena tersinggung dengan sindiran sang kolega di kantornya terhadap PSSI selaku induk sepakbola tertinggi di negeri ini. Sindiran yang ternyata membawa pak Peter F. Gontha ke dalam situasi galau yang membuatnya akhirnya menaikkan unggahan Instagram tersebut.

Jika kita membaca secara utuh poin-poin keresahannya, menurut hemat saya, bisa kita pahami poin-poin keresahan dari pak Peter F. Gontha cukup beralasan dan diterima sebagai bagian dari diskursus yang progresif untuk kebaikan sepakbola nasional kedepannya.

Dalam unggahan tersebut, pak Peter F. Gontha mengurai enam poin keresahannya antara lain kebanggaan atas pencapaian Timnas Indonesia dan di satu sisi rasa malu bagaimana bagsa dengan jumlah penduduk yang banyak seperti Indonesia masih bergantung kepada pemain-pemain keturunan yang tentu tidak bisa disalahkan sama sekali.

Kemudian, poin yang cukup memantik reaksi yang keras adalah apakah nasionalisme para pemain keturunan sama dengan pemain lokal atau non naturalisasi? dan pertanyaan apakah para pemain keturunan benar-benar telah melepaskan keturunan telah melepaskan status kewarganegaraannya dengan segala privilege dan benefit yang tidak mungkin disediakan oleh negara dunia ketiga seperti Indonesia mengingat seluruh pemain keturunan tersebut berasal dari Belanda (mohon koreksi jika salah) yang notabene adalah negara maju dengan gap ekonomi yang jauh dengan Indonesia.

Saya mencoba menarik suatu sudut pandang dan mengurai kembali isu ini kembali seperti di bagian-bagian awal tulisan ini bahwa kontra narasi atas naturalisasi adalah suatu keniscayaan dan bom waktu yang akan selalu muncul setiap kali PSSI melakukan proses naturalisasi pemain keturunan atau bahkan pemain asing yang dianggap akan memberi nilai tambah bagi Timnas Indonesia. Poin bahasan yang menjadi concern dari Pak Peter F. Gontha akan saya lihat dan bahas secara acak sekali lagi bukan dalam kapasitas menolak atau tidak bangga dengan pencapaian Timnas Indonesia.

Namun, semata-mata ini adalah pandangan pribadi atas situasi yang terjadi yang mungkin juga sudah jadi bagian dari pertimbangan di PSSI sebagai induk organisasi sepakbola tertinggi di negeri ini.

Pertama jika kita membahas apakah nasionalisme pemain naturalisasi dan lokal sama atau apakah para pemain naturalisasi telah benar-benar melepas kewarganegaraan lama mereka atau tidak dan secara rela melepaskan segala bentuk keuntungan yang mereka dapat sebagai warga negara di tempat mereka berasal. Menurut pandangan saya, tidak ada suatu ukuran pasti dan bukan hak orang lain untuk menentukan seberapa besar nasionalisme setiap individu terhadap negaranya.

Kita tidak bisa menjamin, pemain lokal memiliki nasionalisme lebih tinggi daripada pemain naturalisasi dan begitu juga sebaliknya. Menurut saya, biarlah itu menjadi rahasia di masing-masing individu.

Kemudian jika melihat proses naturalisasi, hemat saya ini lebih dari sekedar membela suatu negara tapi juga suatu proyek jangka panjang yang tentu harus dilihat dari dua sisi, dari PSSI, kebutuhan untuk meningkatkan level permainan Timnas ke level lebih tinggi dalam waktu singkat tentu harus dilakukan dengan memperluas jangkauan talent pool yang ada dalam hal ini mengontak pemain asing atau diaspora untuk dinaturalisasi dan bermain di Timnas Indonesia yang mana tentu proses naturalisasi bukan proses yang mudah dan murah dan harus dipikirkan secara presisi agar tepat guna.

Di sisi pemain, adanya tawaran dari PSSI menjadi kesempatan untuk jadi bagian dari proyek jangka panjang telah membuka kesempatan para talent pool ini untuk bermain di kancah internasional. Hal ini, juga jadi keuntungan untuk mereka karena sebagai atlit sepakbola selain kebutuhan untuk bermain secara regular di klub, jam terbang dalam kompetisi internasional antar negara juga menjadi kebutuhan bagi seorang atlit.

Kenapa saya rasa begitu, karena dalam prosesnya sebagian pemain ini "didatangi" oleh talent scout PSSI dan ditawarkan. Kondisi ini, berbeda dengan proses naturalisasi pemain seperti Sandy Walsh atau Marc Klok atau Shayne Pattynama yang menawarkan diri (mohon koreksi jika salah) karena ada ikatan emosional yang sudah terjalin dengan Indonesia. Sekali lagi tidak ada hal negatif dari ini namun ini juga harus dipandang bukan semata-mata atas dasar nasionalisme saja.

Kemudian pembahasan jika kita melihat saat ini Timnas didominasi oleh pemain keturunan apakah ini dapat dipandang elok. Menurut hemat saya, jika kebutuhan kita untuk jangka pendek adalah menaikkan level permainan dan mencapai kompetisi dunia seperti Piala Dunia dan Piala Asia. Maka saat ini hal tersebut adalah satu-satunya cara. Namun, tentu dari keresahan pak  Peter F. Gontha tersebut terselip suatu pertanyaan apa selanjutnya setelah ini?.

Menurut pandangan saya, proses menaikkan level Timnas melalui naturalisasi adalah solusi jangka pendek yang seharusnya tidak dilakukan secara terus menerus.

Dengan level Timnas yang saat ini sudah meningkat, maka, agenda selanjutnya adalah mengoptimalkan talent pool dari pemain lokal kita, tentunya dengan menanyakan kembali apakah PSSI sudah menyiapkan roadmap untuk itu salah satunya melalui penataan kompetisi dan kelompok umur yang pasti dan penegakan hukum di berbagai lini yang berkaitan dengan sepakbola.

Jika memang itu dilakukan, tentu PSSI harus memperlihatkan dan tetap merawat kesadaran akan langkah tersebut karena pada dasarnya sepakbola kita bukan hanya tentang Timnas saja tapi juga klub dan kompetisi di dalamnya.

Jangan sampai PSSI hanya melakukan naturalisasi pemain terus menerus namun  abai terhadap perawatan kompetisi, talent pool dan sistem dalam negeri yang mana hanya jadi solusi jangka pendek dan akan selesai jika tidak ada talent pool luar yang tersisa.

Kita tentu mengharapkan naturalisasi saat ini bukan hanya naturalisasi pemain saja tapi juga naturalisasi kompetensi untuk memperluas opsi untuk membawa sepakbola kita menjadi industri yang sustainable dan naik level lebih tinggi bukan hanya dari sisi Timnas, tapi juga dari sisi pemain dan sisi kompetisi.

Semoga hal baik terus datang kepada Sepakbola kita.

Ditulis di Tangerang Selatan 15 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun