Semua orang memiliki keinginan yang sama, yakni mencari kehidupan yang lebih baik. Hal ini bisa dicapai dengan berbagai cara dan dengan berbagai macam strategi. Pertanyaannya, Â Mengapa kita tidak bisa memiliki ini-itu?. Kemudian, pertanyaannya berubah menjadi, Â bagaimana cara kita mengubah kehidupan ini agar lebih baik?. Sebab, jika kita sudah memiliki apa yang kita inginkan, maka hidup akan terasa seperti melayang-layang di atas awan. Tapi sayangnya, semua ini hanya berlangsung sebentar saja ?! ingat, hanya sebentar saja !!!
Ketika kita melepas semua kebutuhan akan pujian dari orang lain, dan menjadi orang yang bersyukur atas apa yang ada, maka semua perasaan cemburu dan takut, berubah  menjadi rasa syukur atas apa yang ada. Perlu kita sadari pula, bahwa tidak ada yang menyenangkan dalam kehidupan ini, kecuali kita menjadi orang yang bersyukur dengan apa yang terjadi di saat ini, disini, sekarang. Kita tidak pernah tahu berapa lama lagi kita hidup, dan kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada hari esok ?!
Ketika hidup kita merasa paling benar, maka kita akan terjebak dalam kegelapan. Karena kebenaran adalah sesuatu yang tidak bisa dipastikan dengan pasti. Ketika kita merasa hidup kita benar, maka kita lebih memilih untuk berhenti melihat segala sesuatu yang tidak memenuhi standar kebenaran itu sendiri ?! Dengan kata lain, kita tidak lagi dapat menikmati hidup ini dengan sepenuh hati dan penuh rasa ingin tahu.
Islam mengajarkan umatnya agar tidak merasa diri paling benar, paling bersih. Pihak lain dianggap salah dan kotor. Allah mengingatkan, "Apakah kami tidak memperhatikan orang yang menganggap dirinya bersih. Sebenarnya Allah mensucikan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak dianiaya sedikitpun." (QS An-Nisa/4: 49). Sementara, Rasulullah SAW dalam hadis dari Abu Hurairah, baginda berkata, "Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya." (HR. Bukhari).
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah berkata, "Jika Allah Ta'ala membukakan untukmu pintu shalat malam, jangan memandang rendah orang yang tertidur. Jika Allah membukakan untukmu pintu puasa (sunnah), janganlah memandang rendah orang yang tidak berpuasa." Dikatakan, "Dan jika Allah membukakan untukmu pintu jihad, maka jangan memandang rendah orang lain yang tidak berjihad. Sebab, bisa saja orang yang tertidur, orang yang tidak berpuasa (sunnah), dan orang yang tidak berjihad itu lebih dekat kepada Allah ketimbang dirimu."
Imam Syafii yang luas ilmu dan luhur akhlaknya pernah berkata bijak, kalamy shawaabu yahtamilu al-khathaa, wa kalamu ghairy hathau yahtamilu al-shawaaba. Â Artinya: "Pendapatku boleh jadi benar tetapi berpeluang salah, sedangkan pendapat orang lain bisa jadi salah namun berpeluang benar."
Jadi, konsekuensi dari sikap merasa paling benar sendiri dalam kehidupan ini adalah ketertutupan pikiran, ketidakmampuan untuk menerima kebenaran dari orang lain, konflik dan perpecahan dalam hubungan, serta gangguan dalam mencapai kedamaian dan kesuksesan. Oleh karena itu, melalui sikap rendah hati dan keterbukaan untuk mendengarkan dan menerima sudut pandang orang lain, akan sangat penting dalam menciptakan harmoni dan kedamaian dalam kehidupan kita sendiri ?! Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 23 September 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H