Nah, ketika prosedur kerja ini masih menjadi alat penunda kerja, bahkan penghalang dinamika perubahan organiasi, seharusnya yang perlu dilakukan adalah memperbaiki SOP (standard operating procedure)-nya secara berkelanjutan, sampai batas yang dianggap mapan, bukannya malah memaku prosedur kerja, yang masih rawan menghadapi dinamika perubahan organisasi tersebut, dengan mendeterminasikannya ke dalam aplikasi sistem informasi secara digital.
Kegagalan aplikasi dalam sistem informasi akan muncul, pada saat orang-orang yang biasa disebut pimpinan itu, Â memperlakukan dunia manusia, yang sangat rumit dan komplek, melulu sebagai sistem dan birokrasi. Ketika hal itu terjadi, maka relasi antar manusia kehilangan spontanitasnya dan menjadi impersonal.Â
Kehangatan dan makna hidup hilang ditelan oleh prosedur yang kering dan mekanis. Spontanitas dan kreativitas menjadi sesuatu yang langka di dalam sistem dan prosedur kerja. Tidak heran banyak orang menderita kelainan jiwa atau disorientasi, karena ia merasa terasing di tempat kerjanya sendiri. Dalam kasus yang ekstrem, akan semakin banyak orang bunuh diri, baik secara nyata maupun secara eksistensial !!!
Selanjutnya, Jurgen Habermas, salah seorang pemikir Jerman kontemporer, berpendapat bahwa dunia manusia tidak hanya terdiri dari sistem yang mekanis, melainkan juga terdiri dari realitas dunia kehidupan. Dunia kehidupan adalah ruang-ruang di masyarakat yang tidak terjamah oleh birokrasi. Di dalamnya orang menemukan identitas dan makna keberadaan dirinya di dunia. Di dalamnya pula lahir spontanitas dan kreativitas yang memberi warna bagi kehidupan manusia. (Habermas, 1984)
Habermas juga, menegaskan bahwa di dalam era modernitas saat ini, dunia kehidupan semakin terkikis oleh sistem dan birokrasi. Akibatnya banyak orang mengalami krisis makna, karena ia tidak memiliki ruang untuk menemukan identitas dirinya. Banyak orang hanya hidup di dalam sistem, yang sifatnya mekanis dan impersonal. Dalam jangka panjang psikopatologis adalah konsekuensi dari cara hidup semacam itu.
Ingat, bahwa dunia kehidupan manusia tidak bergerak dengan rasionalitas instrumental saja, tetapi dengan rasionalitas komunikatif (Habermas, 1984). Rasionalitas komunikatif  berfokus pada komunikasi yang dilakukan secara adil dan proporsional, guna menemukan persetujuan bersama. Manusia membentuk dirinya melalui komunikasi dengan lingkungannya.Â
Oleh karena itu, sebagai bagian dari masyarakat modern, kita wajib memberikan ruang yang cukup bagi realitas kehidupan manusia, dan membatasi keberadaan sistem sesuai kebutuhan saja. Kongkritnya begini, bahwa spontanitas, kebebasan berfikir, dan kreativitas haruslah diberikan tempat tertinggi, bahkan di dalam birokrasi yang paling rumit sekalipun.
Akhirnya, bentukan birokrasi yang kita ciptakan harus cukup lentur dengan perubahan dan dinamika organisasi, sehingga memungkinkan berkembangnya kreativitas, inovasi, bahkan produktivitas manuasi yang ada di dalamnya. Birokrasi juga harus cukup kuat, sehingga korupsi dan penyimpangan moral, dalam bentuk apapun, mudah terdeteksi dan dipatahkan sejak awal. Bagaimana kalo begitu ?. Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 14 September 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H