Perlu kita ketahui pula, bahwa memberi nama adalah awal dari cerita yang kita rangkai atas peristiwa yang terjadi pada diri kita. Membangun cerita adalah awal dari analisis dan spekulasi yang berlebihan. Analisis dan spekulasi ini merupakan awal dari penderitaan batin yang sebenarnya tak perlu terjadi. Penderitaan batin adalah awal dari kekerasan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang ataupun mahluk lain.
Akhirnya, setiap peristiwa yang kita alami, baik yang kita ketahui atau tidak kita ketahui alasannya, sebenarnya tak perlu kita beri nama pada pengalaman tersebut. Karena pemberian label atawa nama pada setiap peristiwa yang kita alami, kerap kali diperlukan untuk memahami pengalaman tersebut. Namun, tindakan ini harus terus disertai dengan kesadaran, bahwa penamaan itu bersifat relatif, rapuh dan terus berubah. Pada titik tertentu, kita juga tidak boleh melekat dengan nama dan menganggapnya sebagai sebuah kebenaran mutlak. Memberi nama pada apa yang kita alami adalah sebuah pilihan, dan bukan keniscayaan ?!. Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 17 Oktober 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H