Analisis Transaksional Kebahasaan dalam Novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari
Salah satu karya sastra Indonesia, Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, menggambarkan kehidupan masyarakat pedesaan selama peristiwa politik 1965. Teori analisis transaksional adalah suatu teori psikologi yang melihat perilaku manusia berdasarkan tiga ego state: orang tua, dewasa, dan anak. Dengan menggunakan teori ini, kita dapat memahami gaya bahasa, karakterisasi, dan pesan yang terkandung dalam novel ini.
Gaya bahasa dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dapat dikaitkan dengan tiga ego state, yaitu:
- Parent: Gaya bahasa yang bersifat otoritatif, normatif, kritis, atau mengandung nilai-nilai moral. Contoh: "Srintil, kamu harus menjadi ronggeng. Itu sudah takdirmu. Kamu adalah keturunan Ki Secamenggala, yang membawa berkah bagi Dukuh Paruk." (hal. 23)
- Adult: Gaya bahasa yang bersifat rasional, logis, objektif, atau mengandung fakta-fakta. Contoh: "Pada tahun 1965, Indonesia mengalami gejolak politik yang berdampak pada kehidupan masyarakat. Dukuh Paruk menjadi salah satu sasaran operasi militer yang menumpas anggota-anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) dan simpatisannya." (hal. 201)
- Child: Gaya bahasa yang bersifat emosional, kreatif, spontan, atau mengandung imajinasi. Contoh: "Srintil merasa seperti terbang di angkasa. Ia menari dengan penuh semangat, mengikuti irama gamelan yang menggema di lapangan. Ia melihat wajah-wajah yang tersenyum dan bertepuk tangan untuknya. Ia merasa bahagia dan bangga." (hal. 45)
Karakterisasi adalah cara penggambaran tokoh-tokoh dalam cerita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Karakterisasi dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk juga dapat dikaitkan dengan tiga ego state, yaitu:
- Parent: Tokoh-tokoh yang memiliki ego state Parent adalah tokoh-tokoh yang berperan sebagai otoritas, pemimpin, atau pengayom bagi tokoh-tokoh lain. Mereka cenderung memiliki sifat yang tegas, disiplin, bertanggung jawab, atau berpegang pada tradisi. Contoh: Sakarya, kakek Srintil yang menjadi kepala Dukuh Paruk; Pak Dasuki, kepala desa yang menjadi perwakilan pemerintah; Pak Lurah, tokoh komunis yang menjadi pemimpin gerakan rakyat.
- Adult: Tokoh-tokoh yang memiliki ego state Adult adalah tokoh-tokoh yang berperan sebagai penengah, penasihat, atau pengamat bagi tokoh-tokoh lain. Mereka cenderung memiliki sifat yang bijaksana, realistis, berpikir kritis, atau berorientasi pada solusi. Contoh: Rasus, teman masa kecil Srintil yang menjadi tentara; Pak Sastro, guru sekolah yang menjadi saksi sejarah; Pak Dalim, tokoh komunis yang menjadi mentor Srintil.
- Child: Tokoh-tokoh yang memiliki ego state Child adalah tokoh-tokoh yang berperan sebagai pelaku, pengikut, atau korban bagi tokoh-tokoh lain. Mereka cenderung memiliki sifat yang polos, lugu, bersemangat, atau mudah terpengaruh. Contoh: Srintil, tokoh utama yang menjadi ronggeng; Binsar, teman Srintil yang menjadi anggota PKI; Darsa, teman Srintil yang menjadi korban pembantaian.
Pesan adalah makna atau tujuan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Pesan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk dapat dilihat dari tiga ego state, yaitu:
- Parent: Pesan yang bersifat normatif, moral, atau mengandung nilai-nilai budaya. Contoh: Novel ini mengkritik praktik-praktik yang merendahkan martabat manusia, seperti kemiskinan, kebodohan, diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan. Novel ini juga menghargai dan menjaga warisan budaya bangsa, seperti tari ronggeng, gamelan, dan cerita rakyat.
- Adult: Pesan yang bersifat informatif, edukatif, atau mengandung fakta-fakta sejarah. Contoh: Novel ini menginformasikan tentang kondisi sosial, politik, dan ekonomi yang dialami oleh masyarakat pedesaan Indonesia pada masa 1965. Novel ini juga mengedukasi tentang dampak dan akibat dari peristiwa politik tersebut bagi kehidupan individu dan kolektif.
- Child: Pesan yang bersifat emotif, inspiratif, atau mengandung imajinasi kreatif. Contoh: Novel ini menggugah emosi pembaca dengan menggambarkan penderitaan, harapan, dan cinta yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita. Novel ini juga menginspirasi pembaca untuk berjuang demi keadilan dan kemanusiaan. Novel ini juga menunjukkan imajinasi kreatif pengarang dalam menciptakan kisah yang menarik dan mendalam.
Dari analisis transaksional kebahasaan di atas, dapat disimpulkan bahwa novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari adalah novel yang memiliki unsur kebahasaan yang bervariasi dan seimbang, yang mencerminkan tiga ego state, yaitu Parent, Adult, dan Child.Â
Novel ini juga memiliki karakterisasi yang kuat dan pesan yang beragam, yang sesuai dengan tiga ego state tersebut. Novel ini adalah novel yang layak dibaca dan dikaji, karena mengandung nilai-nilai sastra, psikologi, dan sosial yang penting dan relevan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H