Pandemi hampir usai. Semua kegiatan masyarakat sudah hampir pulih seperti sediakala. Sekolah-sekolah yang tadinya harus melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas, sekarang sudah boleh melaksanakan PTM 100%. Dan, ternyata itu baru hal itu baru dilakukan satu atau dua bulan belakangan saja.
Sekarang anak-anak sudah pula mengikuti Penilaian Akhir Tahun (PAT). Sebentar lagi, mereka liburan. Artinya, mereka "tidak sekolah lagi". Kembali lagi, waktu mereka akan banyak mereka habiskan untuk bermain atau mengerjakan hal-hal non akademis saja. Lantas, haruskah orang tua membiarkan mereka menghabiskan waktu sia-sia begitu saja?
Apa yang harus dilakukan orang tua?
Tentu, banyak hal yang dapat dilakukan orang tua. Dengan berkoordinasi dengan para guru di sekolah, orang tua dapat menyiapkan kurikulum tersembunyi untuk anak-anak mereka di rumah. Mengerjakan pekerjaan rumah, berkomunikasi dengan keluarga lain, hidup dalam suasana yang berbeda, adalah contoh kegiatan yang mungkin bisa diberikan orang tua kepada anak-anaknya di rumah pada saat liburan.
Namun demikian, banyak orang tua yang harus tetap bekerja pada saat anaknya liburan. Ini berarti orang tua kembali membiarkan anak-anak "hidup sendiri" dengan dunia di luar sekolah. Maka perlu skenario yang baik agar anak-anak tidak terjerembab dalam arus aktivitas luar sekolah yang bisa jadi tidak mendidik dan kontra produktif dengan usaha untuk mendidik anak.Â
Di lain pihak, tidak bijak kiranya jika orang tua melarang anaknya berkegiatan. Libur sekolah adalah waktu bagi anak untuk beraktivitas di luar aktivitas rutin mereka. Sehingga, mau tidak mau orang tua harus membiarkan anak-anak beraktivitas di luar kebiasannya. Sehingga, paling tidak orang tua harus tahu kegiatan apa, dimana, bersama siapa, tujuannya apa, dalam bimbingan dan pengasuhan siapa. Dengan demikian, sepulang kerja orang tua dapat mengetahui apa yang dilakukan anaknya hari ini, sebagai bagian dari kontrol yang memang harus dilakukan orang tua.
Sementara itu, bagi orang tua dengan anak yang sudah remaja, mungkin tidak perlu menyiapkan round down kegiatan anak selama libur sekolah. Biasanya para remaja sudah memiliki serangkaian kegiatan yang mereka rencanakan dengan teman-temannya. Orang tua cukup memberikan pengawasan dari jauh dan memastikan bahwa mereka aman-aman saja, tidak melakukan hal-hal terlarang, dan mendapatkan manfaat dari kegiatan yang mereka lakukan.
Tetapi, bagi orang tua dengan anak-anak usia 9 tahun ke bawah, mau tak mau mereka harus menyiapkan serangkaian agenda. Apalagi, pada orang tua dengan kesibukan kelas wahid dimana waktu bersama anak-anak relatif sedikit, paling tidak harus menyiapkan akhir pekan mereka bersama keluarga.
Kursus dan Komunitas Minat
Bagi sebagian anak, kursus-kursus yang "menyenangkan" seperti olah raga dan seni bisa jadi menjadi alternatif untuk mengisi liburan. Selama liburan mereka tidak terbebani pekerjaan akademis sehingga mereka memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengembangkan minat dan bakat mereka.Â
Kursus berenang, memanah, sekolah sepak bola, musik, vokal, dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan untuk mengisi waktu luang selama liburan. Melalui kegiatan ini tidak saja anak melalukan kegiatan yang menyenangkan tetapi juga mendapatkan kepuasan serta pengalaman untuk meningkatkan kompetensi non akademis mereka.
Bagi remaja, komunitas minat dan bakat dapat pula menjadi wahana untuk mengisi liburan. Beberapa remaja dapat berkumpul, membuat konten yang bergizi, dan bisa menampilkan karya mereka di media sosial. Tentu orientasinya bukan pada monetisasi karya tetapi pada kesempatan untuk aktualisasi diri pada bidang yang mereka tekuni. Bukan tidak mungkin, liburan selama tiga minggu dapat menjadi kesempatan untuk menghasilkan karya.
Peran Sekolah
Haruskah sekolah tetap mengambil peran selama liburan? Para guru dengan "otoritas" yang dimilikinya tetap dapat memberikan arahan dan bimbingan pada para siswa untuk mengembangkan kualitas dirinya. Tugas-tugas sederhana dan didesain dengan baik dapat menjadi bagian liburan anak. Dalam artian, anak tetap dapat menikmati liburan tetapi dengan tetap memilki tugas yang harus dikerjakan di akhir liburan.
Contohnya, tugas untuk membuat dokumentasi kegiatan mereka selama liburan. Guru meminta siswa untuk membuat serangkaian foto kegiatan yang mereka lakukan selama liburan. Tentu tidak dengan foto saja, tetapi juga harus disertai caption yang dapat menggambarkan kegiatan yang mereka lakukan. Hal ini tidak saja membuat liburan menjadi menantang, tetapi pada akhirnya juga akan menghasilkan karya.
Sekolah juga dapat membuat kegiatan di luar ruangan yang melibatkan para siswa. Tentu tidak harus di sekolah. Kegiatan dapat dilakukan di tempat-tempat wisata, pusat kerajinan kreatif, sentra industri, atau pusat konservasi satwa. Setelah kunjungan para siswa harus membuat laporan singkat dan dokumentasi. Disana para siswa dapat menikmati liburannya bersama teman-teman sekolah, sekaligus belajar banyak hal di tempat-tempat itu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI