Bagi remaja, komunitas minat dan bakat dapat pula menjadi wahana untuk mengisi liburan. Beberapa remaja dapat berkumpul, membuat konten yang bergizi, dan bisa menampilkan karya mereka di media sosial. Tentu orientasinya bukan pada monetisasi karya tetapi pada kesempatan untuk aktualisasi diri pada bidang yang mereka tekuni. Bukan tidak mungkin, liburan selama tiga minggu dapat menjadi kesempatan untuk menghasilkan karya.
Peran Sekolah
Haruskah sekolah tetap mengambil peran selama liburan? Para guru dengan "otoritas" yang dimilikinya tetap dapat memberikan arahan dan bimbingan pada para siswa untuk mengembangkan kualitas dirinya. Tugas-tugas sederhana dan didesain dengan baik dapat menjadi bagian liburan anak. Dalam artian, anak tetap dapat menikmati liburan tetapi dengan tetap memilki tugas yang harus dikerjakan di akhir liburan.
Contohnya, tugas untuk membuat dokumentasi kegiatan mereka selama liburan. Guru meminta siswa untuk membuat serangkaian foto kegiatan yang mereka lakukan selama liburan. Tentu tidak dengan foto saja, tetapi juga harus disertai caption yang dapat menggambarkan kegiatan yang mereka lakukan. Hal ini tidak saja membuat liburan menjadi menantang, tetapi pada akhirnya juga akan menghasilkan karya.
Sekolah juga dapat membuat kegiatan di luar ruangan yang melibatkan para siswa. Tentu tidak harus di sekolah. Kegiatan dapat dilakukan di tempat-tempat wisata, pusat kerajinan kreatif, sentra industri, atau pusat konservasi satwa. Setelah kunjungan para siswa harus membuat laporan singkat dan dokumentasi. Disana para siswa dapat menikmati liburannya bersama teman-teman sekolah, sekaligus belajar banyak hal di tempat-tempat itu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H