https://images.app.goo.gl/UPuUqweSggcaCTc2AÂ
Pandemi Covid-19 Yang  bermula dari kasus infeksi virus SARS 2 di Provinsi Wuhan di RRC pada Januari 2020. Secara global pandemi menyebar ke seluruh dunia.Â
Biological hazards ini mengagetkan pasar, negara, dan masyarakat. Secara umum kita melihat semua pihak tidak siap menghadapi eksplosi penyebaran virus tersebut. Pasar, Negara, dan Masyarakat mengambil langkah langkah menuju equilibrium new normal.
Dalam perspektif sosiologis, di masa pandemi ini, akan terjadi perubahan sosial khususnya pada aspek proses interaksi sosial, ini yang paling akan berdampak selain perekonomian tentunya. Interaksi Sosial terkhusus pada kesempatan dan peluang bertatap muka akan semakin minim bahkan terkategorisasi sebagai hal yang sulit.Â
Di era pandemi, Desakan penerapan new normal dalam lingkup kebijakan menguat utamanya adalah operasionalisasi tempat dan event ibadah, penggerakan roda perekonomian serta pendidikan.Â
Desakan ini menjadi pertaruhan dalam menetapkan kebijakan dengan berbagai kelebihan dan keterbatasan perhitungan risiko. Kondisi tersebut telah memunculkan kekhawatiran akan terjadinya ledakan gelombang kedua namun disisi lain memporak-porandakan roda perekonomian dan interaksi antar personal selalu diikuti perasaan saling mencurigai menjadi kurir Virus Covid-19 ini.
Di sisi lain, Meski bertemu secara daring menjadi alternatif, namun tetap saja dalam aktivitas keseharian pembatasan proses interaksi sosial ini dianggap perlu diterapkan. Itu oleh karena interaksi sosial dianggap mempengaruhi laju penyebaran penjangkitan pandemi virus pernapasan.Â
Pesatnya penjangkitan virus adalah bukti bahwa kita adalah makhluk paling bersosial. Virus menjangkit dari satu orang ke orang lainnya—baik dari sentuhan, gestur kasih sayang, cairan yang terbang di udara, dan pada permukaan yang kita sentuh. Sehingga jelas para politisi dan para penasihat ahli mengalami tawaran pilihan yang buruk.
Fakta dilapangan ditemukan sebuah upaya yakni bagaimana cara mengimbangi upaya membatasi interaksi sosial, dengan sebuah pertaruhan yang akan menghancurkan ekonomi demi untuk untuk menyelamatkan generasi baby boomer (generasi yang lahir antara tahun 1960 dan 1970), para personel pelayanan kesehatan dan mereka yang masih muda, untuk sebuah masa depan akan generasi berikutnya? Perlu diingat, bahwa hampir setiap anak yang ada di planet ini telah putus sekolah. Hal sama terjadi pada pelayanan kesehatan menjadi ikut menjadi lumpuh.Â
Hadirnya sebuah gagasan tentang reformasi kesejahteraan, perpajakan progresif, nasionalisasi sekarang tampaknya lebih cocok dalam perspektif politik. Beberapa pakar bahkan tak canggung meramalkan akan adanya kehancuran neoliberalisme akan segera terjadi.Â
Meskipun ini mungkin terlalu penuh harapan, reaksi terhadap pandemi sejauh ini setidaknya menunjukkan bahwa cara hidup lain ada dalam kehendak kita. Virus adalah portal, pintu gerbang antara satu dunia ke dunia berikutnya.
Sosiolog juga tahu bahwa pekerjaan dengan bayaran tertinggi mungkin paling tidak berguna secara sosial (Lawlor et al., 2009). Covid-19 telah memberi kita sesuatu tentang pembalikan status, menunjukkan kepada kita siapa pekerja yang benar-benar penting.Â
Foucault berpendapat bahwa disiplin bukan merupakan pelaksanaan kehendak yang dipaksakan orang lain tetapi atas kehendak sendiri. Â Pembangunan sistem telah didorong oleh pemerintah dan didukung oleh ahli kesehatan masyarakat, dan telah melengkapi metode pengumpulan dan pengawasan data lain yang dikembangkan di sektor swasta. Â dalam beberapa kasus awalnya untuk tujuan lain. Â
Secara kolektif, kumpulan data yang sangat besar sekarang dapat diakses. Â Meskipun detail spesifik mungkin berbeda di setiap negara dan budaya, kami telah melihat perubahan yang luas dan sangat tidak menyolok. Â Konsisten dengan deskripsi Foucault tentang bagaimana wabah memungkinkan terjadinya peningkatan kontrol sosial. Â
Selama COVID-l9 kita telah menyaksikan proses sistematis dan mendasar yang serupa terkait control sosial yang kita kenal dengan istilah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
Daftar Pustaka
Blackwell, Wiley. 2015. The Social Movements Reader: Cases and Concepts-Third Ed. India : PondicherryÂ
Giddens, Anthony and Turner Jonathan. 2008. Social Theory Today. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Habibi, Muhtar. 2011. Memahami ACFTA dari Perspektif ‘Masyarakat Jaringan’. Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 2, No. 1,Hal. 99-149. Jakarta : LIPI
Ritzer, Goerge and Goodman, Douglas J. 2008. Teori Sosiologi Modern Edisi 6. Jakarta : Kencana Prenada Medias Group
Ritzer , George. Atalay , Zeynep. 2010 - Readings in Globalization_ Key Concepts and Major Debates . USA : Wiley-Blackwell - libgen.lcÂ
Rodrik, D. 2007. One Economics Many Recipes : Globalization, Institutions and Economic Growth. New Jersey : Princeton University Press
Shanty Novriaty. 2006. Pemetaan Pemikiran Dalam Sosiologi. Vol XIII : Hal 7
Sassen, Saskia. 2002. Towards a Sociology of Information Technology . Current Sociology, Vol. 50. London : SAGE Publication
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H