Tidak hanya melaporkan saat kejadian bencana, namun seseorang bisa saja memproduksi konten jurnalisme warga untuk mengantisipasi sebelum kejadian bencana. Fase-fase mitigasi mulai dari persiapan, respon dan recovery bisa menjadi satu alur utuh untuk isi pemberitaan jurnalisme warga, hal tersebut bisa digunakan untuk melihat seberapa jauh warga memiliki pengetahuan tanggap bencana.Â
Namun kekurangan dari kegiatan jurnalisme warga adalah informasi yang bisa dibilang kurang kredibel karena hanya mengambil satu sisi saja dari warga dan tidak cover both sides, seperti prinsip jurnalisme pada umumnya. Jurnalisme warga hanya digunakan untuk referensi media saja sebagai bentuk partisipasi masyarakat atau pengembangan user generated content, yang sudah menjadi ciri-ciri setiap media massa di era digital.
Referensi:
El-Nawawy, M.&Khamis, S. (2013). Egyptian revolution 2.0: political blogging, civic engagement and citizen journalism. New York: Palgrave Macmillan.Â
Bowman&Willis. (2018). Materi presentasi Media Penyiaran. Situs Kuliah UAJY.
Haddow, G.&Haddow, K. (2014). Disaster communications in a changing media world: second edition. UK: Elevier Inc.Â
Hasfi, N. (2010). Citizen Journalism. Semarang: Universitas Diponegoro.
 Pertiwi, A. (2017). Pemahaman jurnalis mengenai konsep jurnalisme bencana. Jakarta: Universitas Indonesia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H