Bahasa Inggris telah menjadi kunci penting dalam persaingan global. Namun, banyak dari kita di Indonesia yang merasa kurang percaya diri untuk menggunakan bahasa ini, terutama dalam skenario profesional atau ketika berhadapan dengan peluang yang bisa mengubah jalur karier atau pendidikan kita.
Dalam ruang diskusi yang dinamakan 'Thinking Room', sekelompok pemikir yang terdiri dari para pendiri startup dan pemimpin bisnis berkumpul untuk membahas pengaruh kemampuan berbahasa Inggris terhadap kemampuan bersaing di panggung global. Diskusi tersebut mengungkapkan bahwa banyak orang Indonesia merasa kurang percaya diri menggunakan bahasa Inggris, yang secara tidak langsung menghambat mereka dalam memanfaatkan peluang global.
Faktor utama yang sering dikeluhkan adalah rasa malu atau ketakutan akan berbicara salah dalam bahasa Inggris. Ini menjadi penghalang signifikan, mengingat bahasa Inggris telah menjadi syarat hampir mutlak dalam banyak aspek kehidupan profesional dan akademis saat ini. Bahkan, banyak perusahaan sekarang mengharuskan karyawan mereka untuk setidaknya dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris di lingkungan kerja.
"Menguasai bahasa Inggris bukan hanya soal berkomunikasi, tapi memegang kunci untuk membuka ribuan peluang global." - Pakar Ilmu Bahasa, A. M. Moeliono.
Ironisnya, para CEO perusahaan besar global seperti Google dan Microsoft, seperti Sundar Pichai dan Satya Nadella, yang berasal dari India, negara yang juga menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, menunjukkan pentingnya penguasaan bahasa Inggris. Hal ini memberikan mereka keuntungan dalam berkomunikasi dan beroperasi di kancah internasional, sebuah keuntungan yang kurang dimiliki oleh banyak profesional di Indonesia.
"Bahasa adalah jembatan yang menghubungkan dunia; menguasainya berarti memimpin dalam dialog global." - CEO Startup Teknologi, Jessica Tanoesoedibjo.
Di sisi lain, Singapura, yang menggunakan bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa resminya, memberikan contoh bagaimana kemampuan berbahasa Inggris yang baik memudahkan warganya berkompetisi dan berkomunikasi secara global. Situasi ini berbanding terbalik dengan kondisi di Indonesia, di mana masih banyak orang berjuang dengan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dampak dari keterbatasan bahasa ini tidak hanya terbatas pada dunia profesional, tetapi juga merambah ke industri hiburan. Komika dari Asia Tenggara seperti Ronny Chieng dan Nigel Ng menunjukkan bagaimana kemahiran dalam bahasa Inggris memungkinkan mereka untuk sukses di Amerika dengan lebih mudah, memungkinkan mereka untuk menyesuaikan materi dan penampilan mereka sesuai dengan selera lokal dengan lebih efektif.
"Ketika Anda dapat berbicara bahasa yang sama dengan dunia, Anda siap untuk membuat dunia tertawa dengan Anda." - Komika Internasional, Ronny Chieng.
Masalah bahasa juga mempengaruhi persepsi internasional terhadap Indonesia. Banyak orang asing yang tidak tahu di mana Indonesia berada, meskipun mereka mungkin tahu tentang Bali. Ini mencerminkan kurangnya representasi Indonesia di kancah internasional, sebuah masalah yang dapat diperburuk oleh keterbatasan dalam berbahasa Inggris.
Perubahan mesti dimulai dari sistem pendidikan, di mana sekolah harus lebih menekankan pada pengajaran bahasa Inggris yang efektif dan menarik. Guru-guru harus mampu menginspirasi dan memotivasi siswa untuk belajar bahasa Inggris, tidak hanya untuk ujian, tetapi sebagai keterampilan hidup.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!