malam ini ada ceruk yang mulai terisi bayi-bayi gerimis yang berjatuhan dengan manis Sungguh
Dan tanah basah menguarkan bau surga
Bukan main romantisnya, Bu
Bu...
Andai tubuhmu sedang tak renta dan pandangan matamu tak temaram
Ingin kuajak engkau membasahi diri di bawah tarian langit
Merasakan nikmat Tuhan yang penuh kesucian
Lalu berdoa di tengah-tengah rahmat Tuhan yang perlahan mengucur deras
Namun, aku dicekik senyap dan keromantisan malam ini seketika lenyap
Anganku untuk menari bersamamu di bawah tarian langit
Disapu badai yang sengit
Bu...
Andai mulut anakmu ini berani untuk menceritakan cakrawala gelebah di hatinya
Ingin aku merengek seperti biasanya, saat tubuhmu masih perkasa
Lalu aku menggelendot manja dalam pelukmu
Dan engkau melingkarkan kedua sayapmu di tubuhku
Tapi nyatanya keberanian itu lari entah ke rimba mana
Dan aku harus menyulap diri menjadi ksatria
Menampakkan kekuatan kala bersua denganmu
Agar engkau yang sedang ringkih, kembali mengepakkan sayapmu di udara
Bu, anakmu sudah besar namun hatinya kini tengah mengecil
Di tengah tarian air langit yang semakin membabi buta dan membuatku gigil, aku merapal doa pada pemilikMu
Kupinta sembuhmu pada TuhanMu
Sebab dunia yang kubutuhkan, ada di dalam kehidupanmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H