Di malam syahdu ini...
Di deraian rumput-rumput hijau nan lembut
Ku baringkan tubuh ini..
Ku tatap langit hitam itu
Mata seketika tertuju pada sinar kecil rembulan
Muncul tanya dalam benak ini
Mengapa engkau sendirian wahai rembulan?
Dimanakah gerangan teman-teman mu?
Akankah engkau merasa kesepian?
Tidak kah engkau merasa sedih?
Terus kutatap engkau wahai rembulan..
Terheran ku terhadapmu...
Engkau sendirian... Tapi..
Engakau masih sanggup untuk bersinar?
Jika itu diriku..mungkin,
Aku telah menagis penuh derita...
Ku terus menatap rembulan dengan air mata perlahan membasahi pipi ku
Tiba-tiba angin berhembus lembut membuat mataku terpejam sejenak
Saat kubuka mata...
Disisi rembulan terlihat sang bintang
Yang datang dengan mesranya bersanding di sisi rembulan..
Entah bagaimana...
Bibirku mulai tersenyum menatap mereka...
Langit gelap itu... Seakan jadi lebih indah...
Penantian dan keteguhan sang rembulan...
Seakan menarik perhatian sang bintang
Yang tanpa diminta iapun datang..
Karena melihat ketulusan sang rembulan...
Ketulusan untuk terus bersinar meski sendiri...
Ketulusan untuk memecah gelap malam dengan sinar lembutnya..
Tanpa mengharap imbalan...
Hanya ingin membuat mata yang memandangnya..
Merasa tetap bahagia...
#byAnisahNS
Note:
"Kesendirian bukan berarti akhir dari segalanya, tetap kuat meski engkau sendiri. Percayalah suatu saat nanti akan hadir seseorang yang benar2 tulus untuk menemanimu seumur hidupmu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H