Mohon tunggu...
Sasa
Sasa Mohon Tunggu... Lainnya - Anrohmah

Sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Tinggal (2)

28 September 2021   14:40 Diperbarui: 30 Oktober 2021   21:42 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ka..kamu" kata Fira

"Iya, ini aku. Sebelumnya aku minta maaf harus menghadang motormu supaya kamu berhenti, karena ada hal penting yang harus aku sampaikan. Sebelum itu, kita parkirkan dulu kendaraannya di depan Cafe itu" ucapnya sambil menunjuk Cafe yang ada di seberang jalan.

Selang beberapa menit setelah mereka masuk Cafe, mereka berdua duduk terdiam dalam keadaan hening tanpa ada yang memulai pembicaraan. Entah mengapa, mereka masih canggung karena sudah cukup lama tidak bertemu setelah terakhir bertemu di taman dekat kompleks perumahan yang hanya sekilas. Dan sekarang ini adalah pertemuan pertama setelah Fira memutuskan untuk menjauh dari laki-laki pemakai kemeja biru muda itu. Sepuluh menit berlalu dan suasana masih hening hingga keduanya bersamaan berkata.

"Kamu.."ucap mereka secara bersamaan, lalu Fira dipersilahkan terlebih dahulu untuk mengutarakan.

"Hmm, sekarang bagaimana kabarmu?'' tanya Fira sebagai pembuka percakapan

"Aku baik-baik saja kamu sendiri gimana?" jawabnya   

"Sama, aku juga baik-baik saja, o iya tadi kamu bilang ada hal penting yang mau kamu omongin emang ada apa?"

"O iya, sampai lupa aku. Sebenarnya aku mau ke rumahmu untuk mengantarkan ini sekaligus mengundang Bunda sama Ayahmu eh ternyata malah ketemu di jalan (sambil menyerahkan kertas yang bertuliskan Undangan Pernikahan)."

Ditatapnya kertas itu dengan seksama mencoba mengamati setiap rangkaian huruf dengan teliti supaya tidak ada satu huruf pun yang tertinggal hingga terhenti pada dua nama yang tercantum pada kertas itu, Faiz Zafran Mushtofa dan Zarfah Salsabila. Seketika ia terkejut dengan apa yang ia terima hari itu dan membuatnya harus merasakan sakit itu lagi. Namun apalah daya bila Tuhan telah menghendaki seperti itu tak ada sesuatu apapun yang dapat menggagalkan kehendak-Nya. Ditahannya air mata begitu hebatnya karena tidak ingin lawan bicaranya melihat ia menangis.

"Selamat ya, semoga hubungannmu dengannya adalah akhir berkelanamu dalam mencari teman hidup" ucap Fira dengan senyum yang seolah-olah menjadi topeng rasa sakit yang ia alami saat itu.

"Aku minta maaf Fir, karena dulu sempat membuatmu sakit dan bahkan kamu harus merasakan untuk kedua kalinya"

"Udahlah, nggak perlu kamu bahas yang sudah-sudah, biarkan itu menjadi pembelajaran di masa mendatang. Dan satu hal lagi aku mohon jaga ia yang akan menjadi pelengkap ibadahmu, bahagiakan ia jangan membuatnya menangis karena aku yakin ia merupakan bidadari terakhir sebagai penutup kisah indahmu" ucap Fira dengan mata berkaca-kaca.

Diperjalanan menuju rumahnya Fira sudah berderai air mata, tangisnya pecah bersama rintikan hujan yang membersamainya dalam keramaian dijalanan. Semua memori lama kembali terbuka hingga menusuk ke dalam hatinya. Sesampainya dirumah, Fira menenangkan diri dalam kamar dan berkata dalam hati untuk menjadikan semua pengalaman ini sebagai pembelajaran berharga tentang sebuah rasa. Dan kini ia memulai menata hidup dengan kehati-hatian yang lebih supaya kesalahan kemarin tidak terulang di masa mendatang. Lembaran lama telah ditinggalkan dan mulai menapaki lembaran baru.

Bersama gemericik air mancur, Fira menuliskan kisahnya ditemani iringan lagu beraliran Pop dari musisi ternama di negerinya. Dan sekarang ia telah mengikhlaskan semua peristiwa yang terjadi. Karena ia juga sadar bahwa

Satu hal kini aku mengerti meski berat bibir ini mengucap akan slalu ada kata selamat dalam setiap kata selamat tinggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun