Mohon tunggu...
Sasa
Sasa Mohon Tunggu... Lainnya - Anrohmah

Sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Tinggal (1)

5 September 2021   21:23 Diperbarui: 5 September 2021   21:33 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terlarut dalam di rinaian hujan yang membasahi dedaunan, ditemani secangkir kopi hitam pekat sembari menatap agenda berwarna abu-abu bergambar balon yang dipegang oleh gadis kecil. Mencoba membuka dari halaman pertama yang berisikan nama dan alamat pemilik agenda itu sendiri. Beralih ke halaman berikut-berikutnya hingga terhenti pada lembar yang terdapat hiasan origami berupa kapal. 

Membaca dari satu kata ke kata berikutnya hingga tanpa tersadar mendatangkan memori satu tahun silam yang penuh pembelajaran dan mungkin takkan bisa terlupakan. Dengannya ia belajar akan kekeliruan sebuah rasa. Rasa yang bagi sebagian orang menganggap hal itu adalah anugerah Tuhan yang tidak boleh disia-siakan. Rasa itu sendiri ada tidak mesti diwujudkan karena sejatinya rasa itu ada untuk menguji manusia, apakah rasa itu mampu mendekatkannya dengan Tuhan atau justru menjauhkannya dari Tuhan.

Masih terdiam membisu diatas tikar yang berukuran 2 x 2 meter dengan posisi tangan  memegang buku agenda berwarna abu-abu. 

Berlarut dalam putaran memori satu tahun lalu hingga mampu membawanya pada bagian kepingan lara dan tanpa tersadar membuatnya meneteskan air mata. 

Seolah-olah masa lalu itu mendatanginya untuk mengingatkan bahwa mengenalnya adalah anugerah sekaligus masalah yang sampai saat ini masih membekas dan terus terbekas. 

Semua masih hening hingga bunyi dering telfon dari ponsel pintarnya menyadarkan ia kembali pada kenyataan. Sesegera tangannya merayap-rayap untuk menemukan ponsel, sekilas ia melihat layar ponselnya ditemuinya nama Iza lantas ia angkat dan mendekatkannya di telinga kiri.

"Kenapa Za?" tanya Fira

"Kenapa-kenapa? kamu itu lho di chat berkali-kali nggak di bales. Sibuk apa sih sampai-sampai pesanku terabaikan?" jawabnya dengan nada kesal.

"Eh maaf ya, tadi aku nggak sadar kalo ada pesan masuk. Emang kamu tadi ngirim pesan apa? Jawab Fira sambil mengusap sisa air mata.

"Ngomong-ngomong kamu nangis, kenapa?Ada masalah apa kok nggak cerita sih" tanya Iza terheran

"Tidak ada masalah apa-apa kok, santai aja kali." Ujarnya meyakinkan "Tadi kamu ngirim apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun