Mohon tunggu...
Anri Rachman
Anri Rachman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar di Sekolah Madania, Kabupaten Bogor

Bukan manusia baik, bukan pula manusia jahat, hanya manusia dengan dosa yang berusaha memberikan yang terbaik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi dan Pandemi

18 Juli 2020   23:13 Diperbarui: 19 Juli 2020   08:44 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Namun jika sejak dini kemampuan lietrasi finansial telah terbangun dengan baik, maka kita telah siap menghadapi kondisi dan dampaknya. Kemampuan litarsi finansial sangat diperlukan untuk dapat membaca dan mengelola perekonomian masyarakat hingga masa datang.

Ketergantungan finansial pada masa pandemi justru dapat menjadi permasalahan baru. Jika sejak dini pemerintah dan masyarakat telah mempersiapkan finansial untuk dalam kondisi buruk, maka ketergantungan finansial dapat dihindari dan lebih memanfaatkan swadaya finansial.

Terakhir literasi budaya dan kewargaan. Paska pandemi mau tidak mau akan membawa masuk pada masa normal baru. Pada masa normal baru ini kita dihadapkan pada aktivitas yang tidak seperti biasanya sebelum pandemi. 

Pada pandemi sebelum-sebelumnya pun masa normal baru terjadi dan dilalui sebagai tahapan dalam menghadapi pandemi. Sebenarnya tidak ada yang baru pada masa normal baru ini, hanya kita dituntut untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan positif yang selama ini terlupakan. 

Kebiasaan-kebiasaan yang pada umumnya sudah dianjurkan demi kesehatan bersama. Kebiasaan mencuci tangan setelah beraktivitas dan sebelum makan adalah satu contoh kebiasaan yang sejak dini sudah dianjurkan namun kita acap alpa terhadapnya. Padahal perilaku sederhana tersebut merupakan langkah awal melawan segala pandemi.

Kemudian kebiasaan lain yang menjadi tantangan adalah jaga jarak dalam kerumunan serta menggunakan masker ketika sakit. Dua kebiasaan ini juga acap kali dilupakan. Setiap hari sebelum pandemi covid-19 terjadi, kita tidak terbiasa menjaga jarak atau baris dengan rapi ketika menunggu alat tranportasi umum. Padahal kondisi tertib dan teratur merupakan bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Jika kita telah terbiasa melakukan perilaku-perilaku tersebut sebagai suatu bagian dari budaya dan perilaku positif kewargaan, maka dapat menekan jumlah penyebaran pandemi covid-19.

Budaya taat dan tertib pada peraturan harus semakin ditegakkan. Jangan sampai budaya taat dan tertib hanya terjadi ketika ada pengawasan, namun harus dijadikan kebiasaan sehari-hari.  Tak ada lagi perilaku menerobos rambu lalu lintas ketika tiada petugas namun berhenti ketika ada petugas. Jika budaya perilaku positif selalu ditegakkan, perilaku seperti itu tak akan terjadi. Selain itu hal tersebut juga menunjukkan tiadanya kemampuan literasi berbudaya dan kewargaan serta kemampuan lima literasi lainnya.

Pepatah Jawa mengatakan, manungsa mung ngunduh wohing pakarti, artinya kehidupan manusia baik dan buruk adalah akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Semakin baik dan positif budaya berperilaku, maka semakin menuju kebaikan pula. 

Mari mulai tingkatkan enam kemampuan literasi tersebut, agar selalu siap jika dihadapkan pada kondisi terburuk dalam kehidupan. Menghadapi pandemi tanpa literasi merupakan degradasi. Salam literasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun