Mohon tunggu...
Dian Rahmawati (anra)
Dian Rahmawati (anra) Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

mahasiswi prodi Sastra indonesia di universitas Pamulang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wayang Golek Sunda di Museum Wayang Kota Tua, Jakarta Barat

24 Oktober 2023   19:29 Diperbarui: 24 Oktober 2023   19:43 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengertian Wayang

Wayang adalah sebuah bentuk seni pertunjukan tradisional yang berasal dari Indonesia, khususnya dikenal di pulau-pulau Jawa dan Bali. Dalam pertunjukan wayang, karakter-karakter cerita diwujudkan dalam bentuk boneka atau patung dan dipertontonkan kepada penonton. Kata "wayang" itu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti "bayangan" atau "boneka bayangan."

Asal-usul Wayang

Asal-usul wayang dibagi menjadi dua, yaitu disebabkan oleh sejarah kuno dan juga pengaruh Agama. Wayang memiliki akar yang kuat dalam sejarah dan kebudayaan Indonesia. Meskipun asal-usul pastinya masih diperdebatkan, sebagian besar pendapat mengatakan bahwa seni wayang telah ada selama berabad-abad. Beberapa berpendapat bahwa wayang berasal dari zaman kerajaan Majapahit (abad ke-14 dan ke-15), sementara yang lain berpendapat bahwa wayang sudah ada sebelumnya, bahkan sebelum masuknya agama Hindu dan Buddha ke Indonesia. Namun, wayang mengalami perkembangan yang signifikan di bawah pengaruh agama Hindu dan Buddha serta kemudian Islam. Wayang juga sering kali digunakan untuk menyampaikan cerita-cerita epik Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata, serta cerita-cerita Jawa dan Bali yang berhubungan dengan mitologi dan sejarah lokal. Oleh karena itu, wayang berfungsi sebagai sarana untuk memperkenalkan dan menjelaskan ajaran agama, moral, dan nilai-nilai kultural kepada masyarakat.

Fungsi Wayang 

Wayang memiliki berbagai fungsi yang sangat penting dalam budaya dan masyarakat Indonesia. Berikut ini adalah fungsi dari seni wayang di antaranya:

  • Untuk pendidikan: Wayang berfungsi sebagai alat edukasi yang kuat dalam masyarakat. Melalui pertunjukan wayang, cerita-cerita yang mengandung pesan moral dan spiritual disampaikan kepada penonton. Wayang membantu memperkuat nilai-nilai etika, kebaikan, dan keadilan dalam masyarakat.
  • Untuk hiburan: Wayang juga berfungsi sebagai bentuk hiburan yang menarik untuk berbagai kalangan, termasuk anak-anak dan orang dewasa. Pertunjukan wayang mencakup unsur-unsur tari, musik, komedi, dan cerita epik, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hiburan.
  • Untuk pelestarian budaya: Wayang adalah bagian integral dari warisan budaya Indonesia. Pertunjukan wayang membantu melestarikan tradisi dan cerita-cerita klasik yang telah ada selama berabad-abad. Ini membantu menjaga identitas budaya Indonesia.
  • Untuk ritual keagamaan: Wayang sering digunakan dalam upacara-upacara keagamaan. Pada acara-acara seperti pernikahan, kematian, atau penyembuhan, pertunjukan wayang dapat digunakan sebagai cara untuk memohon berkat dan perlindungan dari dewa-dewa atau roh-roh.
  • Untuk mengekspresikan seni: Bagi para seniman dan dalang (pemain wayang), pertunjukan wayang adalah sarana untuk mengekspresikan kreativitas seni mereka. Mereka dapat mengembangkan keterampilan dalam pembuatan dan pertunjukan boneka, musik, dan cerita.
  • Pemeliharaan Bahasa dan Musik Tradisional: Pertunjukan wayang sering melibatkan musik tradisional dan nyanyian dalam bahasa Jawa atau bahasa daerah setempat. Ini membantu dalam pemeliharaan dan pengembangan bahasa dan musik tradisional.

Asal-usul Wayang Golek Sunda 

Wayang Golek Sunda adalah pertunjukan seni tradisional yang berasal dari pulau jawa bagian bawat di Indonesia, yaitu wilayah Sunda. Berbeda dengan Wayang Kulit yang menggunakan boneka kulit, Wayang Golek menggunakan boneka batang kayu tiga dimensi.

Selama berabad-abad lamanya, Wayang Golek Sunda sudah di tampilkan menjadi pertunjukan seni. Wayang Golek Sunda memiliki pengaruh kuat dari budaya Sunda dan seringkali digunakan untuk menceritakan cerita-cerita mitologi dan legenda lokal.

Perbedaan Tokoh Punakawan Sunda dan Punakawan Jawa

Istilah punakawan berasal dari kata pana yang artinya paham, dan kawan yang artinya teman. Jika ingin mengetahui lebih lanjut lagi untuk mengetahui kisah Punakawan disarankan tidak mencari di naskah Ramayana dan Mahabharata, karena disana tidak ada alur cerita tentang para tokoh Punakawan. Punakawan merupakan tokoh pewayangan yang diciptakan oleh seorang pujangga Jawa. Punakawan Sunda lebih bersifat mistis, di mana tokohnya merupakan perwujudan dari kekuatan alam. Karena asalnya yang berasal dari animisme. Sedangkan punakawan Jawa penokohannya bersifat religi, di mana tokohnya merupakan perwujudan dewa dan mahluk sakti.

Pada punakawan Sunda, tokoh-tokoh lebih sering diangkat ke dalam sebuah cerita. Tokoh bernama Bagong ini akan diganti dengan tokoh Cepot atau yang bisa disebut juga Astrajingga. Dapat lebih dipahami bahwa Capot ini bukanlah anak Semar, walaupun di kehidupan mereka  berlaku seperti hubungan bapak-anak kandung antara Semar dan Cepot. Cepot merupakan tokoh yang cukup penting dalam pewayangan Sunda. Kemunculannya mistis, ia muncul begitu saja sebagai tokoh 'serupa' Semar. Jika saat itu Cepot ingin menguasai beberapa kekuatan, mungkin dia bisa jadi sangat sakti, sulit ditandingi bahkan oleh para ksatria Pandawa sekalipun. Dia juga tidak otomatis tunduk begitu saja kepada kaum Pandawa.

Pada punakawan Jawa, yang sering muncul adalah tokoh Semar, Petruk, dan Gareng. Di mana Semar merupakan perwujudan dewa, Petruk dan Gareng adalah dua mahluk raksasa sakti yang ditaklukan Semar, kemudian diangkatlah mereka menjadi anak. Selain itu ada juga Bagong yang nerupakan anak asli dari Semar. Punakawan ini diceritakan mengabdi pada kerajaan Amarta dan dimasukan ke dalam hikayat Mahabharata. Hal ini untuk menegaskan klaim raja-raja Jawa yang merupakan keturunan trah Pandawa atau bisa dibilang penguasa dari tanah jawa. Dan untuk yang terakhir tokoh togog sering dilewatkan saat pewayangan dan tidak diceritakan.

Kisah Punakawan Sunda "Semar Mbangun Kahyangan"

Cerita dimulai dengan para Pandawa yang berusaha untuk mencari jalan menuju Kahyangan atau surga. Mereka memiliki tekad kuat untuk mencapai kahyangan sebagai tujuan spiritual mereka. Namun, dalam perjalanan mereka, mereka dihadapkan dengan berbagai ujian dan rintangan yang sulit.

Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Semar, tokoh Punakawan yang bijaksana, yang kemudian memberikan bimbingan dan nasihat kepada para Pandawa. Semar memberikan petunjuk tentang cara mencapai kahyangan dan melalui perjalanan spiritual mereka. Dia juga memberikan humor dan hiburan, sehingga cerita menjadi lebih hidup dan menarik.

Semar dan para Punakawan membantu para Pandawa dalam mengatasi rintangan-rintangan berat, termasuk ujian dari para dewa dan makhluk mitologis. Mereka juga menghadapi berbagai konflik dan tantangan dalam upaya mereka mencapai kahyangan.

Dengan bantuan Semar dan Punakawan, para Pandawa akhirnya berhasil mencapai kahyangan dan mencapai kesucian spiritual yang mereka cari. Cerita ini menyoroti pentingnya kebijaksanaan dan bimbingan dalam perjalanan spiritual, serta pentingnya humor dan kerendahan hati dalam menghadapi ujian kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun