Pada punakawan Sunda, tokoh-tokoh lebih sering diangkat ke dalam sebuah cerita. Tokoh bernama Bagong ini akan diganti dengan tokoh Cepot atau yang bisa disebut juga Astrajingga. Dapat lebih dipahami bahwa Capot ini bukanlah anak Semar, walaupun di kehidupan mereka  berlaku seperti hubungan bapak-anak kandung antara Semar dan Cepot. Cepot merupakan tokoh yang cukup penting dalam pewayangan Sunda. Kemunculannya mistis, ia muncul begitu saja sebagai tokoh 'serupa' Semar. Jika saat itu Cepot ingin menguasai beberapa kekuatan, mungkin dia bisa jadi sangat sakti, sulit ditandingi bahkan oleh para ksatria Pandawa sekalipun. Dia juga tidak otomatis tunduk begitu saja kepada kaum Pandawa.
Pada punakawan Jawa, yang sering muncul adalah tokoh Semar, Petruk, dan Gareng. Di mana Semar merupakan perwujudan dewa, Petruk dan Gareng adalah dua mahluk raksasa sakti yang ditaklukan Semar, kemudian diangkatlah mereka menjadi anak. Selain itu ada juga Bagong yang nerupakan anak asli dari Semar. Punakawan ini diceritakan mengabdi pada kerajaan Amarta dan dimasukan ke dalam hikayat Mahabharata. Hal ini untuk menegaskan klaim raja-raja Jawa yang merupakan keturunan trah Pandawa atau bisa dibilang penguasa dari tanah jawa. Dan untuk yang terakhir tokoh togog sering dilewatkan saat pewayangan dan tidak diceritakan.
Kisah Punakawan Sunda "Semar Mbangun Kahyangan"
Cerita dimulai dengan para Pandawa yang berusaha untuk mencari jalan menuju Kahyangan atau surga. Mereka memiliki tekad kuat untuk mencapai kahyangan sebagai tujuan spiritual mereka. Namun, dalam perjalanan mereka, mereka dihadapkan dengan berbagai ujian dan rintangan yang sulit.
Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Semar, tokoh Punakawan yang bijaksana, yang kemudian memberikan bimbingan dan nasihat kepada para Pandawa. Semar memberikan petunjuk tentang cara mencapai kahyangan dan melalui perjalanan spiritual mereka. Dia juga memberikan humor dan hiburan, sehingga cerita menjadi lebih hidup dan menarik.
Semar dan para Punakawan membantu para Pandawa dalam mengatasi rintangan-rintangan berat, termasuk ujian dari para dewa dan makhluk mitologis. Mereka juga menghadapi berbagai konflik dan tantangan dalam upaya mereka mencapai kahyangan.
Dengan bantuan Semar dan Punakawan, para Pandawa akhirnya berhasil mencapai kahyangan dan mencapai kesucian spiritual yang mereka cari. Cerita ini menyoroti pentingnya kebijaksanaan dan bimbingan dalam perjalanan spiritual, serta pentingnya humor dan kerendahan hati dalam menghadapi ujian kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H