Desa Suling Wetan Kecamatan Cermee Kabupaten Bondowoso merupakan salah satu Desa Binaan Universitas Jember. Masyarakat setempat adalah masyarakat agraris dengan kepemilikan lahan persawahan tidak begitu besar, rata-rata sawah yang dimiliki 0,3 H. Namun demikian pekarangan rumah yang dimiliki masyarakat setempat layak untuk digunakan berkebun tanaman hias, hortikultura atau jenis tanaman pekarangan lainnya sebagai tambahan pendapatan atau pemenuhan kebutuhan keluarga.Â
Topik yang kami angkat sangat relevan dengan melihat kepemilikan lahan baik sawah ataupun pekarangan rumah. Dengan memaksimalkan potensi yang ada, sekaligus melakukan perbaikan pada teknik pembibitan, yaitu beralih dari proses pembibitan tradisional menjadi pembibitan dengan pendekatan propagasi, baik micropropagasi ataupun makropropagasi.Â
Tanaman yang dibudidayakan secara luas di Desa Suling Wetan adalah jenis tanaman hias, tanaman sayur, dan buah. Potensi ini belum dimaksimalkan untuk mengangkat perekonomian keluarga dengan berbagai kendala yang ada dilapang. Salah satu kendala adalah sumber bibit yang harus beli dengan harga relatif mahal, sehingga membatasi kemauan Bertani dilahan pekarangan. Dengan demikian pengabdian masyarakat ini diharapkan mampu mentranfer pengetahuan atau mengajarkan cara produksi bibit tanaman hias, hortikultura dan tanaman pekarangan dengan pendekatan teknik mikropropagasi atau makropropagasi. Karang taruna dan masyarakat Desa Suling Wetan diharapkan mampu memproduksi, menyuplai kebutuhan bibit untuk masyarakat Desa Suling Wetan, guna meningkatkan nilai perekonomian masyarakat sekitar.Â
Teknik pembibitan pada tanaman hias kami memilih seperti Lidah mertua (Sansevieria), Janda bolong (Monstera adensonii), Hoya, Alocasia yang memiliki nilai ekomonis tinggi. Sedang untuk tanaman hortikultura kami memilih tanaman dapur seperti bawang merah dan bawang putih. Untuk tanaman pekarangan kami memilih pisang sebagai bahan praktek. Pisang merupakan sumber penghasilan alternatif masyarakat Desa Suling Wetan, hasil bumi berupa pisang ternyata dipasok ke daerah Bali dan sekitar.
Berbekal informasi bahwa masyarakat Desa Suling Wetan menjadi salah satu pemasok pisang untuk daerah Bali, pada akhirnya kami membuat kajian dan praktek pembibitan pisang lebih intens dengan harapan budidaya tanaman pisang terus dilanjutkan dan mampu memproduksi lebih banyak lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Umumnya masyarakat Suling wetan yang menanam pisang dengan menggunakan bibit dari hasil pemisahan anakan. Kelemahan mendasar bibit dari anakan adalah jumlah yang dihasilkan sangat terbatas, umumnya 3-5 anakan per tanaman dalam satu tahun dan selain itu kualitas bibit kurang seragam sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan bibit untuk proses penanaman pisang secara reguler. Disisi lain, hasil pemisahan anakan sangat rentan  tertular penyakit. Sebagai solusi akan kebutuhan bibit dalam jumlah banyak dan seragam, teknik perbanyakan dengan pembelahan bonggol merupakan cara yang efektik
Makropropagasi in vivo pada tanaman hias, hortikultura dan tanaman pekarangan seperti pisang merupakan teknik alternatif untuk produksi massal bibit tanaman mudah, murah dan dalam waktu relatif singkat dapat menghasilkan bibit bebas hama dan bibit tanaman identik dengan indukan awal.Â
Metode ini memanfaatkan seluruh  potensi jaringan meristematik untuk diinduksi fase vegetatifnya yaitu melibatkan represi meristem apikal yang pada akhirnya merangsang regenerasi meristem lateral. Makropropagasi dengan teknik ini juga menunjukan kinerja yang lebih baik dalam memacu pertumbuhan organ tanaman dan lebih cepat menumbuhkan akar tanaman, juga karakter agronomis lainnya.Â