Aku, Zonga, dan Clefa mempersiapkan diri untuk pergi ke istana. Kami mencoba untuk membuat strategi dimana kami dapat langsung bertemu raja tanpa dihalangi oleh pengawal kerajaan. Kami tak langsung berpikir kritis saat itu. Kami hanya menunggu ide yang masuk ke dalam pikiran kami. Terkadang juga aku membayangkan cara kami bertarung, dengan tipe-tipe kekuatan yang berbeda di antara kami. Zonga yang memiliki tipe kekuatan magis, diharapkan dapat menahan kekuatan magis Axogus. Kemampuan jarak jauh Clefa sangat berguna ketika musuh tengah lengah. Sedangkan diriku sendiri, yang memiliki kekuatan tipe jarak dekat akan memanfaaat peluang yang ada dan memberikan dampak yang sangat besar.
Sekitar dua jam kami berjalan, akhirnya kami berhasil sampai kekota. Kami memutuskan untuk beristirahat sejenak. Tetapi, ada satu hal yang membuatku tak sangat menyangka. Ternyata penduduk di kota sangat membenci raja Axogus. Mereka berharap ada orang yang akan menaklukan dia, dan membawa kota tersebut ke arah yang lebih baik. Aku yang mendengar hal itu langsung menghampiri mereka yang berbincang tadi.
“hey, bolehkah aku bertanya?” tanya ku.
“oh yah, ada apa ?” orang tersebut menjawab.
“tahukah engkau orang-orang apa saja yang biasanya dipanggil untuk menghadap raja?”tanya ku lagi.
“hai orang asing, sebenarnya raja sekarang mencari prajurit utama penyerangan kota seberang. Oleh karena itu raja mengadakan tes bagi yang berminat untuk berperang. Namun, kusarankan bagimu tidak. Karena jika kau tidak sanggup dengan tes itu kau akan di bunuh raja.” jelasnya.
“apa? ehm terimakasih” kataku.
Dengan informasi yang telah aku terima, aku langsung memberi tahu Zonga dan Clefa tentang hal ini. Maka bergegaslah kami mengikuti tes itu. Saat di gerbang kerajaan, kami dihalangi oleh dua pengawal kerajaan. Kami menjelaskan tujuan kami untuk mengikuti tes pengawal itu. Salah satu pengawal meminta kami untuk menunjukan seberapa kuat kami. Tiba-tiba Zonga mengeluarkan sihir Curse pada orang tersebut. Sihir ini cukup ampuh dalam membunuh orang seketika. Salah satu pengawal telah tewas. Dan yang lainnya langsung membiarkan kami masuk.
Dengan mengandalkan ingatan ku, kami mentelusuri jalan yang ada. Kerajaan yang cukup luas yang memungkinkan orang baru dapat tersasar abadi disini. Dan sampailah kami ke pintu masuk ruangan raja. Kami menarik nafas panjang, dan membuka pintu secara bersama-sama.
Raja Axogus yang duduk di kursi kebanggaanya menatap tajam kepada kami bertiga. Anehnya dia memerikan tepuk tangan kepada kami. memberikan selamat karena kami telah sampai pada pertarungan kematian. Raja Axogus ternyata sudah memperkirakan kedatangan kami sebelumnya. Dia juga sudah memperkirakan bahwa aku belum mati saat itu. Awalnya kami berempat berdiskusi dahulu sebelum bertarung. Kami memilih untuk mengulur waktu dan mencoba untuk meluluhkan hati dia. Namun, ternyata perkiraan kami salah. belum di jawab pertanyaan kami, dia langsung menyerang dari jauh. Kami sontak terkejut dan mengindar dengan insting. Itu mungkin tanda bahwa perarungan kematian ini dimulai.
Serangan-serangan jarak jauh Axogus menyulitkan aku untuk menyerang. Serangan-serangan Zonga dan Clefa pun susah mengenainya. kemampuan serang dan bertahan Axogus memang dahsyat. Tetapi pasti ada celah dibalik itu. Tapi dimana? Aku mencoba menyerangnya, karena hanya seranganku yang belum diluncurkan. Dengan dilindugi oleh Clefa dan Zonga, aku goyangkan pedangku dan… dia berhasil menghindarinya.