Dari KTT G20 setidaknya Indonesia menyampaikan pesan kepada dunia bahwa Indonesia masih sanggup menggelar hajatan internasional yang tentu mengeluarkan biaya tak terhingga dari sejak pertamakali ditunjuknya Indonesia sebagai Presidensi G20 hingga persiapan yang tak mengenal lelah nan suntuk.Â
Padahal bangsa ini juga tengah tertatih melewati badai Covid-19 dan ancaman krisis global. Tetapi sebagai tuan rumah G20 Indonesia menyampaikan pesan kepada dunia bahwa negara ini menjadi tuan rumah demi keberlangsungan kehidupan bangsa secara global, memikirkan seluruh penduduk dunia melalui isu yang sedang dibahas dalam KTT G20.Â
Bukankah dari seluruh anggota G20 sebanyak 85 persen mendominasi outpot ekonomi dunia serta 75 persen perdagangan dunia. Bukan saja perihal ekonomi, tetapi meluas mencakup perubahan iklim, energi berkelanjutan, penampungan pajak internasional dan pajak multinasional.Â
Khusus KTT G20 Bali, Presiden Jokowi ingin para kepala negara konsentrasi pada inisiatif kesehatan global, pemulihan ekonomi pasca pandemi dan mendorong pemanfaatan energi berkelanjutan.Â
"Saya menantikan KTT pemimpin G20 dan akan menyoroti komitmen AS untuk bekerja dengan mitra dalam membangun ekonomi dunia yang berkelanjutan dan inklusif," harap Joe Biden, Presiden USA.
Betapa pentingnya KTT G20 Bali di banding KTT G20 lainnya yang sudah berlangsung sejak tahun 2008 di Amerika Serikat sebab saat ini dunia tengah menghadapi ancaman resesi global akibat perang dan pandemi Covid-19.Â
Oleh karena itulah dapat dipahami bahwa di Indonesia pemimpin dunia tengah berpikir dan mendiskusikan masa depan dua pertiga penduduk dunia.
Pada kesempatan pidato membuka KTT G20, Negara Indonesia sebut Jokowi telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjembatani perbedaan yang sangat dalam, yang sangat lebar.Â
"Namun, keberhasilan hanya akan dapat tercapai jika kita semua, tanpa terkecuali, berkomitmen, bekerja keras, menyisihkan perbedaan-perbedaan untuk menghasilkan sesuatu yang konkret, sesuatu yang bermanfaat bagi dunia" kata Jokowi.
Hal itu tak sulit terutama menyisihkan perbedaan perbedaan. Sebab Jokowi yakin, Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, 1.300 suku bangsa, serta lebih dari 700 bahasa daerah, demokrasi berjalan  dari tataran tingkat desa, pemilihan kepala desa, sampai tataran negara, pemilihan presiden, gubernur, bupati, dan wali kota di mana Indonesia sanggup keluar dari perbedaan perbedaan itu.