Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orator Digital Itu Bernama Najwa Shihab

25 September 2022   15:02 Diperbarui: 25 September 2022   15:04 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hari hari ini di tengah Tsunami informasi dan virus dusta yang meracuni udara. Saya percaya salah satu tugas jurnalisme adalah menggaungkan suara publik. Sesederhana itu sebetulnya yang saya lakukan dan dilakukan begitu banyak jurnalis lain. Menyuarakan apa yang kami anggap penting"  Najwa Shihab.            

     
Lafaz ini begitu ringan mengalir dari mulut Najwa Shihab ketika mendapat penghargaan melalui ajang Indonesian Televisi Awards 2022 kategori Public Figure Inspiratif Terpopuler. 

Satire nya  berisi kalimat yang sangat dalam, mengandung filosofi tetapi begitu mudah pula dicerna oleh siapapun tanpa  berpikir cukup lama. Begitulah Najwa atau karib disapa  Nana oleh sesama rekannya jurnalis di Indonesia pun oleh para sahabat sahabatnya.

Banyak quote yang lahir dari bibir Najwa baik yang presenter televisi ini ucapkan ketika tampil sebagai host Mata Najwa, sebagai narasumber, moderator atau menciptakan testimoni sendiri. 

Beberapa penggalan kalimatnya berjibun melalui jagad media sosial  dalam bentuk audio visual maupun meme kemudian beredar pada laman lama media sosial. Kerapkali pula beberapa  quote yang berasal dari Najwa melahirkan inspirasi bagi publik dan tak jarang pula sebagai inspirasi bagi seseorang.

Narasi yang lahir dari pikiran Najwa adalah represantese  dari tim nya yang sudah melakukan kajian  atas setiap masalah yang hadir di tengah tengah publik.

Setiap persoalan negeri yang memicu gelombang viral maupun persoalan persoalan kecil lalu kemudian berkembang lebih  besar tentunya berasal dari kajian dan riset yang telah disiapkan oleh tim Najwa. 

Setiap kata, ucapan yang melahirkan narasi panjang bukan semata mata berasal dari pikiran seorang Najwa. Ia telah dielaborasi sedemikain rupa dan seberapa kuat dampak yang dihasilkan atas setiap narasi narasi yang keluar dari tim ini.  

Sebagaimana latar belakang Najwa sebagai jurnalis, aktivis di kampus hingga presenter tentulah  Najwa sudah terbiasa bekerja sebagai tim. Apalagi sebagai presenter talk show, ia memiliki pengalaman bagaimana mendapatkan materi dan bahan melalui hasil riset.

Najwa bukan nitizen, bukan pula juru bicara dari lembaga kekuasaan atau tokoh publik sekalipun. Ia adalah seorang jurnalis, presenter yang kemudian berkembang semakin kokoh pada era digital ini.  

Maka tak heran jika setiap pandangan, ucapan dan pendapat yang dihasilkan oleh Najwa lalu kemudian dielaborasi oleh beberapa kelompok kritis, mahasiswa, aktivis digital, nitizen, influncer dijadikan sebagai meme yang bertujuan satire pada satu hal. 

Para aktivis digital semakin mudah menemukan kalimat dari Najwa yang mungkin sebagai satire, inspirasi, kehidupan dan hal hal menarik lainnya. Tergantung pada sisi mana nitizen atau aktiivis digital itu akan menggunakan kalimat dari Najwa

Lantaran berseliwerannya quote quote Najwa  melalui laman media sosial maka lahirlah istilah saya yang menyebut  Najwa sebagai orator digital. Dia berbeda dengan orator orator lainnya yang lahir dari jalanan, lahir dari ragam organisasi. 

Pula bagaikan tanah dan langit dibanding beberapa  influencer yang akhir akhir ini menyerang Najwa secara pribadi tanpa konsep, tanpa logika dan entah mewakili siapa? Tiba tiba kemudian menyebut dirinya sebagai sahabat polisi?

Wajarlah jika fans Najwa,  Nitizen atau publik lebih mendukung Najwa ketimbang beberapa aktivis medsos apalagi yang  berlabel artis selebgram membanding bandingkan antara Najwa dengan mereka. 

Contoh deh, pernah kah mereka itu seperti NM, DS, HK, TZ mendapat undangan berbicara atau berorasi di dalam kampus, mahasiswa? Menyampaikan pandangan di hadapan kaum cerdik cendekia?berdiskusi dari forum ke forum? Kecuali memanfaatkan layar gratis media sosial untuk cuap cuap menyerang seseorang? publik figur atau tokoh tokoh tertentu lalu meramaikan jagad media sosial lewat buzzer buzzer gelapnya.  Berat untuk menyandang predikat atas brand yang telah melekat pada Najwa. 

Pernahkah menyaksikan influencer atau aktivis media sosial itu hadir pada satu forum yang dihadiri ribuan pasang mata kemudian jejeran kamera phonsel merekamnya?

Jadi saran kepada Najwa, sedetik pun jangan luangkan testimoni anda pada mereka ini, termasuk menyindir atas setiap tudingan dan kritikan dari mereka.

Suaramu  adalah perwakilan publik bukan perwakilan kekuasaan atau sedang mencari sensasi. Anda kadung tak sadar bahwa anda adalah orator digital.

Balik tentang Najwa. Mungkin  tanpa sadar  Najwa kini telah menjadi harapan publik untuk menyampaikan segala kisah, segala keluh kesah dan setiap persoalan yang mereka hadapi. Tak perlu mereka tampil melalui meja "Meja Mata Najwa", melalui laman laman Narasi TV. Cukup Najwa menyampaikan melalui testimoni kemudian mengembangkan melalui layar media sosial maka hal itu sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi publik, telah terwakilkan.


"Jika warga bisa dipidana karena menghina lembaga negara apakah pejabat lembaga negara juga bisa dipidana karena menghina warganya secara umum. Sering kan kita dengar pejabat kita bilang, masyarakat kita masih bodoh, malas, kebanyakan geluh, bangsa nyinyir, kritik doang nggak ada?" 

Kutipan ini cukup sering kita lihat pada setiap laman reels media sosial yang telah di share oleh publik atau nitizen, bukan akun milik Narasi, Mata Najwa atau Najwa.

Tak mudah untuk hadir berbicara di dapan publik baik melalui media televisi maupun yang dihadiri ratusan pasang mata. Beda halnya jika sekadar tampil di depan layar satu kamera atau nge vlog kemudian berbicara secara monolog walaupun pada akhirnya akan ditonton oleh banyak orang. 

Sebab berbicara di depan umum dalam bentuk komunikasi memiliki lima elemen dasar, sering dinyatakan sebagai "yang mengatakan apa untuk siapa" menggunakan apa menengah dengan apa efek? "Tujuan berbicara di depan umum dapat berkisar dari hanya informasi transmisi, untuk memotivasi orang untuk bertindak, untuk hanya menceritakan cerita. Termasuk saat berorasi, sebab berbicara di hadapan publik maka sang orator harus mampu mengubah emosi pendengar mereka, bukan hanya memberitahu mereka. 

Kamus Wikipedia menyebut orasi dapat dianggap sebagai komunitas wacana, interpersonal komunikasi dan berbicara di depan umum memiliki beberapa komponen yang merangkul hal-hal seperti berbicara motivasi, kepemimpinan / pengembangan pribadi, bisnis, layanan pelanggan, komunikasi kelompok besar. 

Berbicara di depan umum dapat menjadi alat yang ampuh digunakan untuk keperluan seperti motivasi, persuasi pengaruh,, informasi, terjemahan, atau hanya menghibur.  

Dan segala unsur tentang orator tersebut, terdapat pada diri Najwa. Kerennya, sebab Najwa memiliki latar belakang sebagai  jurnalis broadcast atau televisi kemudian saat ini lebih banyak konsen ke dunia digital plaform media sosial sehingga latar belakangnya  sebagai jurnalis televisi sukses berkolaborasi dengan syarat  orator yang melekat pada diri Najwa. Maka sekali lagi, pantaslah jika brand "orator digital" melekat pada diri Najwa Shihab.

Sebelum mengakhiri catatan ringanku ini. Pada meja tempat ku menulis, segelas kopi jenis Americano pahit kesukaanku bertengger manis di depanku.

Lalu hanya selangkah dari tempatku duduk, seorang pengunjung berkata seperti ini. "anggota dewan itu tugasnya bukan membagi sembako, tetapi menjual pikiran pikirannya, mengkritit kekuasaan, eksekutif. Tapi saya heran, justru yang bagi sembako itu mendapat banyak pujian". Kata seorang pria bersuara Bariton.

Mungkin yah, peminum kopi itu kerap menonton Mata Najwa atau video video "orasi" Najwa pada setiap klipnya. Seperti pada akhir kutupan tulisan ini.


" 560 wakil rakyat bukan sembarang, mereka dipilih untuk lantang dan kencang. Gajinya 18 kali lipat pendapatan per kapita. Nomor 4 teratas gaji DPR se dunia. Segala fasilitas relatif diberi, tunjangan uang saku anak istri dan luar negeri diberi. Jadi wajar jika kita punya harapan tinggi anggota DPR yang betul mengurus publik bukan humas kepentingan partai politik"

The End
Catatan Kaki:Sebab Najwa Bukan Sekadar Host

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun