Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orator Digital Itu Bernama Najwa Shihab

25 September 2022   15:02 Diperbarui: 25 September 2022   15:04 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak mudah untuk hadir berbicara di dapan publik baik melalui media televisi maupun yang dihadiri ratusan pasang mata. Beda halnya jika sekadar tampil di depan layar satu kamera atau nge vlog kemudian berbicara secara monolog walaupun pada akhirnya akan ditonton oleh banyak orang. 

Sebab berbicara di depan umum dalam bentuk komunikasi memiliki lima elemen dasar, sering dinyatakan sebagai "yang mengatakan apa untuk siapa" menggunakan apa menengah dengan apa efek? "Tujuan berbicara di depan umum dapat berkisar dari hanya informasi transmisi, untuk memotivasi orang untuk bertindak, untuk hanya menceritakan cerita. Termasuk saat berorasi, sebab berbicara di hadapan publik maka sang orator harus mampu mengubah emosi pendengar mereka, bukan hanya memberitahu mereka. 

Kamus Wikipedia menyebut orasi dapat dianggap sebagai komunitas wacana, interpersonal komunikasi dan berbicara di depan umum memiliki beberapa komponen yang merangkul hal-hal seperti berbicara motivasi, kepemimpinan / pengembangan pribadi, bisnis, layanan pelanggan, komunikasi kelompok besar. 

Berbicara di depan umum dapat menjadi alat yang ampuh digunakan untuk keperluan seperti motivasi, persuasi pengaruh,, informasi, terjemahan, atau hanya menghibur.  

Dan segala unsur tentang orator tersebut, terdapat pada diri Najwa. Kerennya, sebab Najwa memiliki latar belakang sebagai  jurnalis broadcast atau televisi kemudian saat ini lebih banyak konsen ke dunia digital plaform media sosial sehingga latar belakangnya  sebagai jurnalis televisi sukses berkolaborasi dengan syarat  orator yang melekat pada diri Najwa. Maka sekali lagi, pantaslah jika brand "orator digital" melekat pada diri Najwa Shihab.

Sebelum mengakhiri catatan ringanku ini. Pada meja tempat ku menulis, segelas kopi jenis Americano pahit kesukaanku bertengger manis di depanku.

Lalu hanya selangkah dari tempatku duduk, seorang pengunjung berkata seperti ini. "anggota dewan itu tugasnya bukan membagi sembako, tetapi menjual pikiran pikirannya, mengkritit kekuasaan, eksekutif. Tapi saya heran, justru yang bagi sembako itu mendapat banyak pujian". Kata seorang pria bersuara Bariton.

Mungkin yah, peminum kopi itu kerap menonton Mata Najwa atau video video "orasi" Najwa pada setiap klipnya. Seperti pada akhir kutupan tulisan ini.


" 560 wakil rakyat bukan sembarang, mereka dipilih untuk lantang dan kencang. Gajinya 18 kali lipat pendapatan per kapita. Nomor 4 teratas gaji DPR se dunia. Segala fasilitas relatif diberi, tunjangan uang saku anak istri dan luar negeri diberi. Jadi wajar jika kita punya harapan tinggi anggota DPR yang betul mengurus publik bukan humas kepentingan partai politik"

The End
Catatan Kaki:Sebab Najwa Bukan Sekadar Host

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun