Mohon tunggu...
Ano suparno
Ano suparno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

FREELANCER Pernah di Trans TV sebagai Reporter, Kameraman lalu Kepala Biro TRANS. Sebelumnya, sebagai Stringer Tetap BBC London siaran Indonesia, reporter hingga Station Manager Smart FM Makassar. Setelah di Trans, saya mendirikan dan mengelolah TV Lokal sebagai Dirut. Sekarang Konsultan Media dan Personal Branding

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jejak JK di Tanah Pasthun

19 Agustus 2021   21:24 Diperbarui: 19 Agustus 2021   21:34 882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Istimewa (Dokumentasi Tim Media JK) 

Kita sudah melihat bagaimana  PM Afghanistan Ashraf Ghani meninggalkan Kabul sebab ia tak ingin melihat terjadi pertumpahan darah saat Thaliban memasuki kota Kabul. Walau dianggap pengecut, tetapi Ghani telah berbesar hati untuk mengalah demi rakyatnya.  

Pun Thaliban yang tak ego lagi menjalankan misi konservatifnya merupakan bentuk tindakan yang mengalah dari apa yang sebagian besar warga Afghanistan khawatirkan termasuk penduduk dunia.

Meski demikian kesimpulan tentang Thaliban belum lah final. Bayang bayang semasa Thaliban pertamakali berkuasa masih menjadi buah bibir bagi warga dunia dan sebagian besar rakyat Afghanistan.

Tetapi apa yang Thaliban pertontonkan hari ini merupakan jawaban dari kekhawatiran masa silam serta harapan bagi seluruh komunitas dunia.  

Bahwasanya, proses perdamaian tidak selamanya berunding di atas meja seperti yang JK pernah lakukan pada saat mendamaikan Poso, Ambon dan Aceh di tanah air.  

Proses perdamaian di Afghanistan yang telah dirintis oleh JK sejak tahun 2018 tak berakhir di atas meja. Namun setidaknya, pesan perdamaian dari JK telah sampai kepada  para pihak, Pimpinan Thaliban, Pemerintahan  Ashraf Gani serta NGO

High Council For National Reconciliation  Afghanistan (HCNR). Persyaratan dan pesan dari ketiga pihak telah terukir dalam benak dan pikiran JK lalu disampaikanlah  pada satu sama lain melalui Jusuf Kalla, tanpa harus semeja atau tanpa harus JK menggebrak meja seperti ketika mendamaikan Poso, yang saya saksikan sendiri ketika meliput untuk radio BBC London.

Aih tanah Pashtun,

Sudahilah konflik dan angkat senjata itu. Kembalilah seperti pada zaman Sultan Mahmud dari Ghazni seorang penyair yang memerintah dari 998 hingga 1030 Masehi.  Di mana puisi puisi dan syair menjadi bagian dalam kehidupan, mimpi dan impian warga Tajik, Hazara, Pashtun,  Turkmen, Nuristani, Baluch. 

Kenang lah  bagiamana puisi dan syair menciptakan sihir keberanian rakyat Afhganistan untuk membangun negeri nya. Mungkinkah Thaliban yang juga gemar menciptakan puisi  telah menanamkan  puisi Rahman Babo? William Shakespeare nya Afhganistan. "Kemanusiaan adalah satu tubuh.Menyiksa orang lain sama saja dengan melukai tubuh sendiri"

#penulisjalanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun