Pula film Kartun, Flash Gordon, Desaku Yang Kucinta. Dan yang paling penting, malam kemerdekaan 17 Agustus adalah pemutaran film Janur Kuning. Yang kami tunggu adalah, Qahhar Muzakkar- memukul dada sambil berteriak menantang serdadu  Belanda.  Wuihhh, benar benar kami dibuat bangga.
Ada pula program si Unyil. Film kartun yang kami sangat nantikan, Â viral bagi anak anak pada masa itu. Â Jauh sebelum Upin & Ipin yang digandrungi penonton pada dekade 2000 an. Â
Sedang program musik yang paling dinanti setiap minggu adalah Aneka Ria Safari, Album Minggu ini serta kuis Berpacu Dalam Melodi. Â Sederet program tersebut adalah hiburan serta tontonan masyarakat Indonesia sebelum menjamurnya terlevisi swasta.
Yah, itulah TVRI mengajak kami bangga kepada bangsa ini.
Melampau beberapa dekade, masa dan tahun. Di penggalan awal tahun 2020 televisi tontonan awal rakyat Indonesia itu sedang kisruh, Dewan Pengawas TVRI memecat Helmy Yahya sang irektur Utama TVRI.Â
Simpel alasannya, Helmi menyiarkan siaran Liga Primer Inggris sebagai pemegang hak siar di Indonesia. Nilai pembeliannya mencapai ratusan milyar yang oleh dewan pengawas menilainya, tidak mencerminkan jati diri bangsa. Beberapa pengamat menilai sejak ditangan Helmy, TVRI mulai nampak mengalami perubahan.
Oh iya, TVRI mulai terpuruk dan agak ditinggalkan oleh jutaan rakyat Indonesia setelah serbuan televisi swasta serta stasiun televisi asing yang dengan  mudahnya memasuki udara Indonesia. Â
Melalui Helmy Yahya, lahan perlahan TVRI mulai berbenah. Mengganti beberapa program hingga mengubah logo TVRI. Bahkan merebah taghlinya menjadi "Televisi Pemersatu Bangsa". Â
Atas segala penilaian pengamat tersebut, saya justru melihat dari sisi lain, pandangan lain. Â Saya memulai dari sisi pemilihan tagline "Pemersatu Bangsa". Â Â
Seyogyanya TVRI tidak mengambil peran pada sisi ini sebab melalui televisi swasta peran ini telah mereka  suguhkan. Tengoklah misalnya Trans TV yang memilih "Milik Kita Bersama".  Muatan yang terkandung dalam tagline ini adalah soal persatuan. Â
Maka dari itulah, lahirlah sejumlah program handal mereka. Pula TV One, Metro TV, SCTV, RCTI, NET serta sederet televisi lainnya. Walaupun berbalut bisnis, toh serumpun program mereka menciptakan kebanggaan serta membangun inspirasi bagi penontonnya.
Tentang Hak Siar Liga Inggris
Saya cenderung melihat, TVRI sebenarnya tak perlu membeli hak siar Liga Inggris meskipun berdalih memancing masyarakat untuk menonton atau "Back to TVRI". Â