Punk adalah ideologi subkultur bermotif utopis sosialis yang lahir di tahun 70-an dari benak kaum muda kelas pekerja; kaum emosional yang belum matang secara kognitif. Itulah mengapa awalnya Punk terlihat seperti anak urakan yang murka pada tatanan dunia.Â
Counterculture atau budaya perlawanan vulgar dan frontal ini menyasar budaya konservatif, kultur pop, serta dominasi kapitalisme yang sarat eksploitasi dan diskriminasi. Tujuan fundamentalnya adalah kebebasan individu---tidak tersandera psikososial arus utama dan budaya dominan yang sistemis dan membelenggu.
Prinsip antikemapanan yang diusung oleh Punk sering dimiskonsepsikan; dipahami secara dangkal, sempit dan serampangan, bahkan kerap kali oleh individu dalam komunitasnya sendiri. Inilah mengapa literasi sangat substansial bagi maturitas ideologi Punk.Â
Konsep antikemapanan yang diusung oleh Punk mencakup empat poin vital: nonkonformitas, antikonsumerisme, antikorporatisme dan antiotoritarianisme.Â
Punk berjuang dengan cara idealis kreatifnya yang agresif dan provokatif demi menggapai versi kemapanannya sendiri dengan etos DIY (do-it-yourself). Punk adalah eksponen independensi; keberdikarian berbasis semangat kesetaraan.
Dalam perjalanannya, Punk mengadopsi ideologi lain yang dirasa inklusif dengan perjuangannya. Beberapa mendewasakan diri dengan mengadopsi anarkisme, beberapa merasa lebih nyaman bersama sosialisme, beberapa bahkan ada yang dengan dungunya bercumbu dengan fasisme.Â
Seiring pematangan pola pikirnya, Punk pun berusaha fleksibel, melebur dengan psikososial sekitar, namun tetap setia dalam kontranarasi idealis eksklusifnya, yaitu kritis dan teguh dalam koridor penentangan dan pemberontakan. Punk adalah ideologi muda yang progresif dan terus mematangkan dirinya.Â
Itulah mengapa Punk sangat unik dan eksentrik. Sayap pergerakannya filosofis dan ekstensif. Ia menjadi momok yang memberi efek kejut dan provokasi di medium-medium sentral seperti musik, fesyen, ideologi, bahkan literatur.
Punk tidak bisa dipisahkan dari musik, karena salah satu pemicu lahirnya Punk adalah respon instan yang frontal atas eksploitasi dan kapitalisasi komoditas industri musik pop, rock 'n' roll dan glam rock kala itu. Kelahiran Punk sendiri dipicu oleh respon sporadis kelas pekerja di Benua Eropa terhadap kapitalisasi dan diskriminasi kelas.Â
Resistansinya menjalar ke aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya. Nama Punk sendiri adalah buah tangan dari zeitgeist kala itu, sebuah letupan pergolakan di era pertumbuhan revolusi industri Eropa pada tahun 60-an. Karena tak bernama, sebuah media massa Jerman menyematkan kata 'Punkt' yang berarti 'Titik' kepada gerakan perlawanan tak berlabel ini. Label 'Punkt' dipilih untuk menghimpun diaspora gerakan sporadis tak bertuan yang kala itu psikenya dirasa tepat secara filosofis.