Mohon tunggu...
Yuliska Labawo
Yuliska Labawo Mohon Tunggu... Lainnya - Pegawai Negeri Sipil

Bekerja di Dinas Pariwisata Kabupaten Banggai. Menyelesaikan S2 Pariwisata di Udayana Bali. Dan pernah mengikuti Join Curiculum di German

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Mengatasi Tantangan Sampah di Kawasan Kuliner Pantai Maahas dan KM 5 di Kabupaten Banggai -Sulawesi Tengah

23 Januari 2025   07:42 Diperbarui: 23 Januari 2025   11:16 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anpnk78 _Sampah di Maahas

MENGATASI TANTANGAN SAMPAH DI KAWASAN KULINER PESISIR:

STUDI KASUS PANTAI MAAHAS DAN PANTAI KILO 5 

DI KABUPATEN BANGGAI SULAWESI TENGAH

Yuliska Labawo 

ASN DisPar Banggai

Kawasan pesisir sering menjadi destinasi favorit untuk wisata kuliner, namun juga sangat rentan terhadap degradasi lingkungan. Artikel  ini menyoroti permasalahan sampah plastik, limbah deterjen, dan limbah pembangunan di sepanjang pantai Maahas dan Kilo 5, dua zona wisata kuliner terkenal. Dari perspektif pariwisata berkelanjutan, artikel ini menganalisis dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi dari tantangan pengelolaan sampah tersebut. Dalam artikel ini, penulis mencoba mengeksplorasi strategi untuk mengurangi dampak negatif sekaligus meningkatkan kontribusi positif pariwisata terhadap pembangunan lokal.  Beberapa temuan di Lokasi tersebut, menekankan perlunya sistem pengelolaan sampah terpadu, program edukasi masyarakat, dan reformasi kebijakan untuk memastikan keberlanjutan kawasan wisata ini.

Mengingat wisata kuliner di kawasan pesisir memberikan peluang ekonomi yang signifikan bagi masyarakat lokal, menarik pengunjung yang mencari pengalaman bersantap unik di tepi laut,  namun disisi lain dengan meningkatnya popularitas destinasi seperti pantai Maahas dan Kilo 5 telah menimbulkan tantangan lingkungan, terutama dalam hal pengelolaan sampah.

Sampah plastik, residu deterjen, dan puing-puing pembangunan menjadi masalah utama di sepanjang garis pantai, memicu kekhawatiran tentang keberlanjutan jangka panjang kawasan ini. Polutan ini tidak hanya merusak keindahan alami pantai tetapi juga mengancam kehidupan laut dan kesehatan masyarakat. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji akar masalah tersebut dan mengusulkan solusi nyata dari perspektif pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Tantangan Lingkungan di Pantai Maahas dan Kilo 5

Sampah Plastik dan Pembuangan Sembarangan

Pembuangan sampah plastik secara sembarangan menjadi masalah krusial di Maahas dan Kilo 5. Wisatawan dan pelaku usaha lokal sering membuang peralatan makan plastik, botol, dan kemasan ke garis pantai. Dalam jangka panjang, plastik ini terurai menjadi mikroplastik yang masuk ke ekosistem laut dan mengancam kehidupan akuatik. Hal seperti ini tidak dipikirkan keberlanjutannya bagi anak cucu dan generasi mendatang, betapa pentingnya kita untuk menjaga yang ada hari ini untuk masa depan daerah.

Limbah Deterjen dan Kimia

Disisi lain, penulis melihat adanya tantangan signifikan yang terkesan sepele oleh Masyarakat yaitu penggunaan deterjen dan bahan pembersih oleh restoran dan pedagang di sekitar pantai. Limbah dari bahan kimia ini mencemari air, merusak keanekaragaman hayati laut, dan menurunkan kualitas air. Tanpa sadar Ikan yang kita konsumsi bisa jadi merupakan Ikan yang telah tercemar sehingga dapat menyebabkan penyakit bagi manusia yang mengkonsumsi Ikan tersebut,

Limbah Pembangunan

Limbah pembangunan, seperti puing-puing beton, plastik, dan material non-biodegradable, berpotensi merusak lingkungan pantai. Limbah ini dapat mengganggu habitat alami, mencemari air, dan mengurangi daya tarik estetika kawasan wisata. Selain itu, akumulasi limbah dari proyek infrastruktur yang tidak dikelola dengan baik dapat menghalangi regenerasi ekosistem pesisir, yang vital bagi keanekaragaman hayati dan perlindungan alami dari abrasi. Untuk mengurangi dampak ini, diperlukan strategi pengelolaan limbah konstruksi yang ketat, termasuk daur ulang material dan penerapan praktik pembangunan ramah lingkungan.

  • Membentuk sistem pemantauan untuk melacak tingkat polusi dan menilai efektivitas langkah-langkah yang diterapkan.
  • Bekerjasama dengan institusi akademik dan LSM untuk pengumpulan data dan rekomendasi kebijakan.

Perspektif Pariwisata Berkelanjutan

Dampak Positif Wisata Kuliner

  • Pertumbuhan Ekonomi: Wisata kuliner menciptakan lapangan kerja dan mendukung bisnis lokal, memberikan manfaat finansial bagi masyarakat.
  • Promosi Budaya: Melestarikan dan mempromosikan tradisi kuliner lokal, menarik wisatawan domestik dan internasional.

Dampak Negatif

  • Degradasi Lingkungan: Pembuangan sampah yang tidak terkelola merusak daya tarik pantai dan ekosistem.
  • Risiko Kesehatan: Limbah kimia dan polusi menimbulkan risiko kesehatan bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya laut.

Strategi Keberlanjutan

Pengelolaan Sampah Terpadu

  • Membangun titik pengumpulan sampah terpadu dan fasilitas daur ulang.
  • Mendorong pelaku usaha untuk menggunakan kemasan dan peralatan ramah lingkungan.

Edukasi dan Pelibatan Masyarakat

  • Mengadakan kampanye kesadaran tentang pentingnya mengurangi penggunaan plastik dan membuang sampah dengan benar.
  • Melibatkan pemangku kepentingan lokal dalam kegiatan bersih pantai dan konservasi.

Reformasi Kebijakan dan Insentif

  • Menerapkan regulasi untuk membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan mendorong alternatif biodegradable.
  • Memberikan insentif pajak bagi pelaku usaha yang menerapkan praktik hijau seperti daur ulang limbah dan pembangunan ramah lingkungan.

Pemantauan dan Evaluasi

  • Membentuk sistem pemantauan untuk melacak tingkat polusi dan menilai efektivitas langkah-langkah yang diterapkan.
  • Bekerjasama dengan institusi akademik dan LSM untuk pengumpulan data dan rekomendasi kebijakan.

Tantangan pengelolaan sampah di pantai Maahas dan Kilo 5 menyoroti pentingnya menerapkan prinsip keberlanjutan dalam pengembangan pariwisata. Menangani masalah ini membutuhkan tindakan kolektif dari pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat. Dengan menerapkan praktik berkelanjutan, kawasan ini dapat menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan, memastikan bahwa generasi mendatang tetap dapat menikmati keindahan dan kekayaan budaya pantai Maahas dan Kilo 5.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun