Di provinsi Babel etnis Cina cukup banyak, namun karena merupakan provinsi kecil sehingga sangat sulit sebuah informasi dari sana menjadi berita headlines secara nasional.
Penyerangan dan intimidasi kerap dilakukan selama masa pemilu. Sejumlah upaya kampanye yang memakai penentangan Kristen dan Cina telah dilaporkan beberapa kelompok. Namun makin marak ancaman ditebar dengan menjadikan Babel sebuah "Poso kedua" jika "Kafir Cina" terpilih. Poster peringatan orang-orang akan diserang "Hitam dan Biru" jika mereka memilih kandidat cina dilancarkan. Ada juga ancaman pembakaran rumah yang dikirimi lewat surat-surat kedepan pintu jika Ahok memenangi pemilu.
Dengan semua itu, ormas Barindo sebagai mesin pemenangan, efektif mempengaruhi massa dan memberi kemenangan. Meski banyak kritikan yang masuk pada Barindo, petinggi-petingginya tetap menganggap ormas ini tetap pada koridornya sebagai ormas yang menciptakan kader berwawasan kebangsaan, bersemangat juang, aktif mempertahankan NKRI. Ormas ini juga berlandaskan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Pengakuan beberapa LSM dan jurnalis, Barindo digerakkan oleh beberapa pensiunan jenderal dari Jakarta dalam membangun pergerakan massal. Ormas ini digunakan bermain secara lokal maupun dalam pemilu nasional.
Pada peristiwa Babel, Barindo dijalankan dengan biaya besar. Sejak sebelum kampanye Eko dan Barindo sudah dipublikasi (Eko sebagai pemimpin Barindo). Pada masa Pemilu, secara bersamaan Barindo hadir dengan memberi bantuan massal, fakir miskin, medis gratis, sumbangan ke ulama dan masjid. Semua ini digerakkan Eko untuk memuluskan agenda politiknya.
*Hasil pemilu ini menjadi persoalan, sempat dicampuri oleh Gusdur dengan memberi dukungan penuh pada Ahok untuk menggugatnya, namun Ahok memilih mundur dan mengikhlaskan semuanya, baik kemenangan kepada Eko maupun menolak tawaran MK (uang 2M). "Semua penuh kecurangan" ungkap Ahok pada waktu itu.
Kalimat-kalimat menyerang dan penolakan
Saat ini provokasi kebencian untuk menyerang dan menolak Ahok sudah sangat brutal dan anarkis, baik verbal, visual maupun tindakan anarkis. Anehnya, kalimat-kalimat tersebut lebih banyak bersumber dari para petinggi agama Islam. Beberapa kalimat tersebut ialah:
"Jokowi Yes Ahok No"
"Tangkap Ahok"
"Tolak Ahok! Tukang Gusur Pribumi"
"Ahok Musuh Islam"