Mumpung padang rembulane
Mumpung jembar kalangane.
Selagi masih muda, masih ada waktu, segeralah memperbaiki diri. Cahaya bulan masih benderang, jika terang bulan berganti gulita, kegelapan membuat kita sulit membedakan mana baik dan mana buruk. Selagi cahaya rembulan masih memancar, segeralah berbuat kebaikan. Jalankan kewajiban, jangan siasiakan tanpa guna.
Sebagaimana tembang Jamuran, Gundul Pacul, Ancak-ancak Alis, dan Sluku-sluku Batok, Ilirilir bukan sekadar lagu dolanan anak-anak. Sang penulis tembang hendak menyajikan pelajaran penting melalui medium lagu dolanan yang mudah dicerna segala usia dan tingkat pendidikan. Bisa dimengerti jika semua tembang dolanan itu sederhana, mudah dimengerti, pendek, dan tentu saja, anak-anak bisa menirukannya dengan mudah.
Saat upaya antikorupsi begitu gencar dilakukan, belum ada penulis lagu yang bicara antikorupsi dalam lagunya. Di tahun 50-an seorang penulis lagu dolanan, R. Cakrawasita, sudah menulisnya:
kuwi apa kuwi
e kembang melati
ya tak puja-puji
ja pada korupsi
merga yen korupsi
negarane rugi
kuwi apa kuwi
e kembange menur
ya tak puja-puji
rakyate sing jujur
merga yen da jujur
negarane makmur.
Tembang tersebut tak hanya berisi nasihat betapa buruknya perilaku korup, tapi juga pelajaran penting agar negara dikelola tanpa adanya korupsi, sehingga dapat memakmurkan negara itu sendiri. Pameran dolanan anak tak sekadar menyajikan dokumentasi ilustrasi dan dolanan, tapi juga mengajak generasi masa kini untuk peduli pada persoalan- persoalan di sekitarnya.[] Anom B Prasetyo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H