“Dasar kau gajah tak berguna, aku tak butuh nasehatmu”. Kata Momo dengan geram.
“Tolonglah membantuku bangun, aku tak kuat berdiri sendiri”. Kata gajah dengan merintih kesakitan.
“Aku tak sudi membantumu karena kau yang membuat aku terjatuh”. Jawab Momo dengan suara tinggi.
Momo menghampiri gajah kecil itu dan menggigitnya dengan sekuat tenaga. Dan gajah kecil itupun mengaung kesakitan. Darahnya bercecer dimana-mana. Momo pergi dengan kesalnya tanpa rasa bersalah pada gajah yang malang itu. Akhirnya Gajah kecil itupun berusaha bangun dengan sendiri. Berkali-kali ia terjatuh karena tak mampu menahan kesakitan pada kakinya.
Ketika mentari sudah kembali menenggelamkan diri. Datanglah seekor Burung gagak menuju rumahnya. Tak lama kemudian setelah bercakap-cakap dengan Ayah Momo, pergilah burung Gagak itu dengan tergesa-gesa.
“Ayah, tak seperti biasanya Paman Gagak nampak tergesa-gesa?”. Tanya Momo pada ayahnya.
“Sesepuh Burung Gagak mendapat firasat akan terjadi bencana pada hutan kita”. Jawab ayah Momo.
“Benarkah itu ayah?”. Kata Momo tak percaya.
“Malam ini juga seluruh warga hutan akan pergi dari sini.”. Jelas ayah Momo.
“Aku tak percaya ayah, Aku Momo, Raja Hutan tak takut pada apapun”. Kata Momo dengan sombongnya.
Seluruh warga hutan berbondong-bondong meninggalkan hutan malam itu juga. Tapi tidak dengan Momo dan keluarganya.