Kita sekarang berada di era milenial, yaitu eranya generasi milenial. Istilah generasi  milenial sendiri atau yang biasa juga disebut generasi Y pertama kali dicetuskan oleh dua pakar sejarah dan juga penulis asal Amerika, William Strauss dan Neill Howe dalam beberapa bukunya.
Secara harfiah tidak ada demografi khusus dalam menentukan kelompok generasi yang satu ini, namun penggolongan pada generasi ini awalnya terbentuk bagi mereka yang lahir pada tahun 1990 dan juga pada awal 2000 dan seterusnya, menggantikan generasi X yang lahir sekitaran tahun 1965 sampai 1980-an. Oleh karena itu, saya yang kelahiran 2000 juga termasuk generasi milenial.
Generasi milenial lahir di tengah perkembangan teknologi. Oleh karenanya mereka tidak bisa lepas dari teknologi. Berbeda dengan generasi sebelumnya, generasi milenial lebih memilih ponsel pintar daripada tv, internet daripada koran atau majalah, messangger daripada surat atau sms, dan hal-hal lain yang telah digantikan oleh teknologi yang semakin canggih.Â
Hal ini tentu menyebabkan generasi milenial memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap kecanggihan teknologi dan dipandang malas oleh masyarakat.
Bergantung kepada teknologi tidak selalu merupakan hal yang buruk bagi generasi milenial. Di dalam buku Profil Generasi Milenial, Putri Larasaty menuliskan bahwa mereka mampu menciptakan berbagai peluang baru seiring dengan perkembangan teknologi yang kian mutakhir.Â
Generasi ini mempunyai karakteristik komunikasi yang terbuka, pengguna media sosial yang fanatik, kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi, serta lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi. Sehingga, mereka terlihat sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya.
Menurut Yoris Sebastian dalam bukunya Generasi Langgas Millennials Indonesia, ada beberapa keunggulan dari generasi milenial, yaitu ingin serba cepat, mudah berpindah pekerjaan dalam waktu singkat, kreatif, dinamis, melek teknologi, dekat dengan media sosial, dan sebagainya.Â
Dengan begitu, generasi milenial dapat memberikan pengaruh besar terhadap lingkungan sekitarnya.
Berbicara tentang perdamaian dunia, tentu kita harus tahu terlebih dahulu apa itu perdamaian dunia. Menurut wikipedia, perdamaian dunia adalah sebuah gagasan kebebasan, perdamaian, dan kebahagiaan bagi seluruh negara dan/atau bangsa.Â
Perdamaian dunia melintasi perbatasan melalui hak asasi manusia, teknologi, pendidikan, teknik, pengobatan, diplomat dan/atau pengakhiran seluruh bentuk pertikaian.Â
Perdamaian dunia bisa dikatakan terwujud apabila telah tercipta kondisi dimana masyarakat di dunia ini mendapat perlakuan yang sama dan saling diuntungkan antara manusia satu dengan yang lainnya, tidak ada penindasan dan kekerasan yang merajalela dalam sesebuah Negara, dan ada jaminan keamanan, keadilan dan kebebasan serta perlindungan terhadap hak asasi manusia, sehingga tercipta keharmonisan antara masyarakat di dunia.
Perdamaian dunia merupakan salah satu cita-cita bangsa Indonesia, seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi, "Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,...".Â
Oleh karena itu, sudah sepatutnya bagi kita warga Indonesia untuk ikut mewujudkan perdamaian dunia, tidak terkecuali untuk para generasi milenial yang ada di Indonesia.
Tapi bagaimana generasi milenial yang dipandang malas dan bergantung kepada teknologi mampu turut serta dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia?Â
Pepatah mengatakan "Semua orang berpikir untuk mengubah dunia, tapi tidak ada yang berpikir untuk merubah diri sendiri," jika ingin mewujudkan perdamaian dunia, mulailah dengan berdamai dengan diri sendiri dengan lebih percaya pada diri sendiri dan memahami jalan pikiran diri sendiri.Â
Setelah itu, berdamailah dengan keluarga dan orang-orang sekitar dengan menjalin komunikasi yang baik. Dengan semakin canggihnya teknologi di era milenial ini, jangkauan komunikasi pun semakin luas, dengan begitu maka semakin mudah untuk saling terhubung dengan kerabat dan teman yang tinggal berjauhan. Setelah itu, wujudkanlah perdamaian di negeri sendiri.Â
Nurfauzy Lubis di dalam buku Milenial Bincang Perdamaian berpendapat bahwa generasi milenial, pemuda dalam hal ini adalah pelopor perubahan, dan pembentuk citra baik ibu pertiwi. Secara maknawi, pemuda (generasi milenial) adalah tiang kehidupan suatu bangsa. Bagaimana pun, pemuda adalah calon pemimpin suatu bangsa.Â
Hal ini selaras dengan ungkapan Mustafa Al Ghalayain "Syubbanul yaum rijalul ghadd" yang artinya pemuda hari ini adalah pemimpin dimasa yang akan datang. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa generasi milenial memiliki tanggung jawab dalam mewujudkan perdamaian di negeri sendiri.Â
Salah satu bentuknya yaitu dengan membangkitakn kesadaran bela negara. Bela negara tidak berarti harus ikut militer atau berperang dan sebagainya.Â
Bela negara dapat dilakukan dengan pelestarian lingkungan hidup, mempertahankan dan memperkenalkan budaya dalam negeri, dan aktif dalam kegiatan-kegiatan Internasional.Â
Adapun peran lain yang dapat dilakukan oleh generasi milenial adalah memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Berbagai masalah yang selalu hangat dibincangkan misalnya munculnya oknum-oknum berideologi radikal, perilaku kriminal, gerakan intoleransi antar umat.Â
Generasi milenial mendapatkan pendidikan yang lebih baik dari generasi sebelumnya karena sistem pendidikan yang juga semakin berkembang, karenanya pemikiran-pemikiran generasi ini dapat memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang muncul.Â
Dengan semakin canggihnya sistem komunikasi, mereka dapat mengutarakan pendapat mereka di dunia maya dan bisa saling diskusi dengan orang banyak untuk menyelesaikan masalah tanpa harus keluar rumah. Hal ini sesuai dengan karakteristik generasi milenial yang tidak bisa lepas dari dunia maya.
Bagaimana dengan perdamaian dunia? Sama seperti yang telah dituliskan di atas, generasi milenial juga dapat mewujudkan perdamaian dunia dengan berselancar di dunia maya. Di dunia maya, semua orang dari seluruh dunia dapat saling terhubung satu sama lain.Â
Hanya dengan modal fasilitas internet dan kemampuan bahasa yang baik, generasi milenial dari berbagai negara dapat saling diskusi dan bertukar pikiran satu sama lain. Hal ini sendiri sudah termasuk ke dalam perdamaian dunia jika dapat menjalin hubungan yang baik antar-negara. Dengan saling berinteraksi, setiap orang dapat saling mengenal dan mengerti walaupun dari negara-negara yang berbeda.Â
Masalah-masalah yang terjadi di dunia dapat dengan cepat tersebar di dunia maya, orang-orang pun dapat dengan cepat menunjukkan reaksinya. Tidak jarang solusi yang hanya berupa komentar dapat menjadi pemecah masalah asalkan banyak yang mendukung.Â
Dan tidak jarang solusi tersebut muncul dari orang yang tidak memiliki status yang tinggi, hanya bermodalkan internet dan pemikiran yang tak terduga.Â
Tinggal mununggu respon dari orang-orang yang mempunyai kuasa, karena tidak jarang orang-orang tersebut ikut bergabung di dunia maya dan mencari solusi dari para pemikir muda.
Oleh karena itu, kita sebagai pemuda generasi milenial juga bisa membantu mewujudkan perdamaian dunia. Dimulai dengan mengubah diri sendiri, kerabat, masyarakat dan negara. Selama ada kemauan maka kita pasti bisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H