Proses pembuatan nasi singkong sendiri ada 7 langkah yaitu kupas, cuci, parut, peras, jemur, tumbuk, dan ayak. Sebelum diolah, singkong dikupas dan dicuci bersih lalu diparut. Kemudian singkong yang telah diparut masuk ke tahap pemerasan yang memiliki cara khusus untuk menjaga nutrisi singkong itu sendiri, yaitu dengan perbandingan 1 : 6 dimana 1 parutan singkong diguyur 6 gayung air. Hasil perasan air di tahap ini ada 3 lapisan. Lapisan bawah diolah kembali menjadi tepung kanji atau yang juga dikenal dengan tepung aci, lapisan kedua diolah menjadi kerupuk opak atau sejenisnya, dan lapisan pertamanya dibuang. Setelah itu, hasil perasan singkong dijemur selama 2-3 hari yang selanjutnya ditumbuk secara tradisional dengan jubleg ; tumbukan yang berasal dari batu. Jubleg inilah yang menjadi asal muasal adanya seni gondang.
Ketika sudah kering, olahan singkong tersebut diayak untuk menyortir buliran-buliran singkong. Sebelum diolah menjadi nasi singkong, buliran-buliran itu dikukus terlebih dahulu. Setelah itu, wisatawan juga dapat mencicipi nasi singkong disini. Bentuk nasi singkong hampir sama dengan nasi padi pada umumnya. Yang membedakannya adalah tekstur nasi singkong yang lembut dan lebih padat. Hal ini menjadi pengalaman unik tersendiri ketika mencobanya. Terlebih lagi, nasi singkong ini memiliki kandungan serat yang tinggi tetapi rendah gula yang cocok untuk penderita diabetes.
Wisatawan bisa melihat dan mencoba langsung dengan praktek pengolahan singkong seluruh tahapan dengan panduan masyarakat disana. Pengolahannya yang khas dimana kulit singkong yang sudah dikupas juga diolah jadi kadedemes yaitu lauk yang dicampur tempe oncom dahulunya. Namun, sekarang kulit singkong diolah menjadi dendeng oleh masyarakat Kampung adat Cireundeu. Pada saat praktek memarut, alat yang digunakan masih tradisional. Tetapi untuk pengolahan singkong yang banyak, masyarakat sudah menggunakan mesin sebagai bantuannya.
Salah satu hal menarik lainnya adalah masyarakat adat disana banyak menganut kepercayaan "Sunda Wiwitan" yang masih mereka perjuangkan. Wisatawan juga dapat berdiskusi untuk mengenal lebih lanjut tradisi-tradisi mereka dengan sambutan hangat di Kampung Adat Cireundeu.
Reporter : Annisa Nurfadhilah
Editor : Salsa Solli Nafsika, M.Pd
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H