Mohon tunggu...
Annisa Zaenab Nur Fitria
Annisa Zaenab Nur Fitria Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Saya seorang psikolog klinis berlisensi dan pembaca di dunia anak-anak dan keluarga. Dalam kedua peran tersebut, saya percaya bahwa hidup kita terbuat dari banyak cerita. Dalam praktik saya, saya bertanya, menantang, dan memberdayakan pemikiran dan pola yang dibawa orang-orang dalam cerita mereka–dan memberikan makna yang lebih dalam.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Benarkah Strict Parents Buat Anak Jadi Sering Berbohong?

17 November 2023   14:20 Diperbarui: 18 November 2023   01:07 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebanyakan strict parent memiliki karakteristik diatas. Peraturan yang mereka berikan ke anak seringkali sewenang-wenang. 

Strict parent tidak mengizinkan anak-anak mereka untuk menyuarakan pendapat mereka atau mempertanyakan keputusan oyang telah mereka tetapkan. Pola asuh yang mereka terapkan ini, dapat memberikan efek yang buruk terhadap anak. Efek yang mungkin akan dialami anak adalah (Pamela, 2021): 

  1. Anak-anak akan lebih mungkin merasa tidak Bahagia dan menderita depresi 
  2. Anak-anak akan cenderung memiliki masalah perilaku antisosial seperti memberontak, lekas marah, perilaku agresi, dan terlibat dalam kenakalan
  3. Anak-anak akan menjadi aktor dan pembohong yang baik. Peraturan yang terlalu ketat dan tegas dapat membuat anak menjadi licik. Mereka akan berperilaku menjadi anak baik saat di rumah. Namun, akan berperilaku berbeda saat orangtua tidak mengawasi mereka. Selain itu, anak juga akan pandai berbohong dan menyembunyikan sesuatu agar mereka tidak mendapatkan masalah 
  4. Anak juga akan memiliki harga diri yang rendah serta kurangnya percaya diri untuk mengambil keputusan
  5. Anak akan mengalami kesejahteraan psikologis yang buruk 

Orang tua yang terlalu perhatian bisa menjadi gangguan bagi anak. "bersyukur masih diperhatiin, emang mau dicuekin?" merupakan kata kata yang sering diucapkan. Tapi, sebagai anak muda pasti memiliki rasa risih ketika setiap jalan jalan atau nongkrong bersama teman temannya ditelfon terus sama orang tuanya. 

Kebiasaan orang tua adalah mengintrogasi anak seperti bertanya "Lagi dimana?" "sama siapa?" "ngapain?" "jangan pulang malem malem" terkadang orang tua juga suka mengancam anaknya jika kelakuan atau tindakan anak tidak sesuai dengan aturan orang tua. 

Sebenarnya itu adalah kesalahan fatal karena memengaruhi psikologi anak. Dengan kebiasaan mengancam, anak akan terbiasa melakukannya juga kepada orang lain yang seperti kita tau mengancam adalah tindakan yang salah. 

Anak anak yang dari kecil sudah dikekang oleh orang tua nya pasti memiliki sikap kurang kompeten dan memiliki inisiatif rendah. Psikolog Wendy Mogel, seorang ahli dalam pengasuhan anak mengungkapkan beberapa tanda anak dibesarkan oleh orang tua yang overprotektif yaitu contohnya adalah: 

  • Anak selalu menghubungi orang tua sebelum mengambil keputusan, yang dimaksud disini adalah sang anak selalu bergantung kepada orang tuanya ketika ingin mengambil sebuah keputusan, selalu menelfon orang tuanya terlebih dahulu untuk menanyakan pendapat sehingga anak tidak bisa belajar mengambil keputusan sendiri. Memang benar bahwa menanyakan pendapat orang tua bisa membuat keputusan yang lebih baik, tetapi membuat keputusan dan menanggung kesalahan sendiri akan jauh lebih baik dan bisa membuat anak belajar dari kesalahan.
  • Perfeksionis yang terobsesi terhadap pencapaian. Orang tua overprotektif juga beberapa memiliki sifat yang berambisi pada kesuksesan anaknya. Maka dari itu orang tua overprotektif selalu mendorong anaknya untuk melakukan yang terbaik agar bisa mendapatkan dan mencapai cita citanya sehingga akan hidup bahagia nantinya. Segala sesuatunya harus sempurna dari hal hal kecil hingga hal hal besar. Hal ini lah yang membuat anak menjadi terbiasa menjadi perfeksionis terhadap pencapaian.

Sebagai penutup pada artikel ini, saya mengambil kesimpulan bahwa wajar saja orang tua ingin menjaga anaknya, itu memang merupakan tanggung jawab dari orang tua. Tetapi, tidak secara berlebihan. Karena sesuatu yang berlebihan tidaklah bagus. 

Dampak dampak yang akan terjadi kepada anak juga sangat banyak sehingga sebagai orang tua harus benar benar mengetahui jalan yang benar untuk mengasuh anak. 

Anak juga seharusnya menuruti dan mengikuti perintah dari orang tua karena orang tua sudah menjalankan dan memiliki banyak pengalaman dalam hidup ini. Untuk menciptakan keluarga yang damai dan tentram hanya memiliki satu kunci utama yaitu komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik dan benar sangatlah penting karena dengan komunikasi keluarga dapat saling mengerti dan memahami satu sama lain.  

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun