Mohon tunggu...
Annisa Nur Hayati
Annisa Nur Hayati Mohon Tunggu... pelajar -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Di Balik Novel Petjah, "Satu dari Seribu Aku Mau Kamu"

27 Februari 2018   20:40 Diperbarui: 28 Februari 2018   09:07 6184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

"Awas kalo sampai tempat bosku, lo alasan ngantuk dan malah tidur. Gue potong --potong lo macam senyawa karbon biar jadi lebih rumit." (hlm. 213)

Dari dua kutipan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa Dimas adalah seorang yang pintar. Pada kutipan pertama dijelaskan bahwa Dimas selalu mengikuti olimpide semenjak dia SMP dan selalu menjurainya. Pada kutipan yang kedua kita juga bisa melihatnya dari cara Dimas mengungkapkan maksudnya. Dimas menggunakan Bahasa yang ada dalam sains untuk menyampaikan maksudnya. Jarang sekali orang mengandaikan maksudnya menggunakan Bahasa yang berbau sains, mungkin hanya bagi orang orang yang mengerti dengan hal itu. Begitu juga Dimas, sering menggunakan Bahasa sains untuk menyampaikan maksudnya, bahkan Nadhira menjuluki Dimas dengan sebutan Einstein.

Walaupun awalnya Dimas membenci Nadhira, akhirnya mereka bisa berdamai dan mulai menjadi teman dekat. Nadhira sangat senang bisa dekat dengan Dimas, apalagi Dimas adalah orang yang setahun terakhir mengisi hati Nadhira. Meskipun masalahnya dengan Dimas sudah selesai, Nadhira beretemu dengan masalah yang lebih rumit daripada sebelumnya. Masalah tersebut adalah bertemu dengan Ambrosius Biru, kakak kelasnya. Biru digambarkan sebagai pentolan sekolah yang memiliki sifat badboy.Seperti pada kutipan di bawah ini, menunjukan bahwa Biru adalah sosok pentolan di SMA-nya. 

"Tahu Biru, kan?" Dimas bertanya.

Aku terkkeh sebentar, "Tahulah! Siapa yang nggak tahu King of the King-nya sekolahan, Dim. Semua anak kelas sepuluh takut kali sama dia. Anak kelas sebelas aja banyak yang segan sama Biru?" (hlm. 29)

Biru juga digambarkan sebagai lelaki yang menyukai Bahasa dan sastra. Biru sering menulis sajak sajak dan puisi. Seperti pada kutipan di bawah ini, menunjukan bahwa Biru sebenarnya menyukai sastra dan suka menulis.

"Lalu ... mulai SMP saya kenal dengan tulisan tulisan Ahmad Tohari, Pramoedya Ananta Toer, Y. B Mangunwijaya, Marah Rusli dan sejenisnya. Sejak itu saya tahu bahwa ada hal menarik dari setiap paragraf yang mereka buat. Saya mulai menulis banyak hal di buku buku sekolah saya. Buku matematika berubah dari anagka menjadi kata kata semua." (hlm. 119)

Dari kutipan diatas kita bisa tahu bahwa Biru adalah pecinta sastra semenjak dia kecil. Pada saat biru kecil mungkin jarang anak anak membaca buku buu seperti pada kutipan diatas, namun berbeda dengan Biru. Masalah Nadhira muncul saat Bru diam diam menyimpn hati untuknya. Lalu penulis menambahkan bumbu berupa menghadirkan tokoh yang berhubungan antara masa lalu Nadhira dan Biru. Kedua tokoh terebut adalah Erlangga dan Nila. Erlangga Abimanyu adalah kakak dari Nadhira yang sudah meninggal empat tahun lalu. Erlangga diceritakan sebagai sosok yang perhatian dan baik. Erlangga sangat mencintai Nila saat semua rang menjauhi Nila. Nila adalah kakak dari Biru yang juga meninggal empat tahun lalu sekitar satu bulan sebelum Erlang meninggal. Biru menganggap penyebab meninggalnya Erlang adalah permintaan Biru untuk balas dendam atas meninggalnya Nila, dan Biru merasa sangat bersalah akan hal itu.

Penulis juga berhasil menggambarkan alur maju yang agak susah ditebak. Pada awal saya membaca novel ini, saya kira akhir ceritanya Nadhira akan bersama dengan Dimas, namun ternyata tebakan saya salah. Pada awal novel ini dibuka dengan kisah antara Dimas dan Nadhira. Lalu dilanjutkan dengan munculnya tokoh Biru yang merupakan kakak kelas mereka. Dari situlah maslah mulai muncul, Biru mulai menyimpan hati untuk Nadhira. Sampai saat Biru mengetahui bahwa Nadhira adalah adik dari Erlang. Disaat itulah konflik batin mulai menjadi jadi. Konflik yang terjadi dalam batin Biru. Konflik yang membuat Biru begitu dilema.

"Seandainya Erlang masih ada, Jika saja Nila tidak memutuskan untuk tidur selamanya. Biru dan Nadhira tidak harus jadi seperti ini. Semesta sudah mempermainkannya terlampau jauh." (hlm. 125)

Kutipan tersebut menggambarkan perasaan yang berkecamuk dalam hati Biru. Biru sangat inin bersama dengan Nadhira, namun dia juga sangat merasa bersalah dengan Nadhira. Setelah konflik yang semakin memuncak lalu terjadilah penyelesaian masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun