Mendengar kata-kata itu, Denis merasa hatinya hancur. Syila adalah segalanya yang ia inginkan, tapi ia juga tahu bahwa ada tanggung jawab yang ia pikul. Meninggalkan pasangannya bukanlah pilihan mudah. Ada kenangan, ada janji, ada kehidupan yang telah lama dibangun bersama.
Waktu seolah berhenti saat mereka duduk di sana, membiarkan keheningan mengisi ruang di antara mereka. Denis tahu, apapun yang ia putuskan, akan ada hati yang terluka---entah hati Syila, pasangannya, atau mungkin dirinya sendiri.
"Aku akan pergi, Den," ujar Syila pelan. "Sebelum semuanya menjadi lebih rumit. Terima kasih untuk setiap momen indah ini."
Tanpa menunggu jawaban, Syila berdiri dan meninggalkan Denis yang masih terpaku di tempatnya. Ia ingin mengejar, ingin berteriak dan memohon agar Syila tetap di sisinya. Namun, sesuatu menahannya. Ia tahu, bahwa terkadang mencintai tidak selalu berarti memiliki.
Di sudut kafe itu, Denis duduk sendiri, menyadari bahwa dalam cinta, pilihan tak pernah sederhana. Kadang kita harus melepaskan seseorang, bukan karena kita tidak mencintainya, tapi karena ada janji yang lebih besar yang harus kita penuhi.
Denis menatap kosong ke arah jalan. Syila sudah tak ada, tapi perasaannya masih tertinggal. Di antara dua hati, Denis sadar bahwa cinta memang rumit, dan kebahagiaan kadang datang dengan harga yang tidak murah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H