Sebagian besar masyarakat kota pada saat itu pun selalu berupaya untuk membawa tas kain ketika berbelanja, sampai akhirnya mulai diperkenalkan reuseable bags di setiap pusat perbelanjaan, dan kini menjadi sangat populer.
Begitupun dengan penulis dan keluarga yang sudah meninggalkan 'kompek' sejak beberapa tahun yang lalu untuk beralih pada reuseable bag dalam rangka meminimalkan limbah plastik.
2. Menghijaukan halaman depan dan belakang rumah
Sejak pandemi melanda negeri, satu-satunya udara yang bisa dihirup dengan bebas tanpa masker hanyalah lingkungan di rumah dan sekitarnya. Di samping itu, penulis juga harus berusaha menjaga daya tahan tubuhnya bersama keluarga agar tak rapuh dan mudah tumbang, sehingga penulis memutuskan untuk menanam pohon markisa yang merambat di halaman depan dan belakang rumah.
Pohon markisa dengan daunnya yang rindang dan hijau membuat halaman rumah menjadi lebih asri. Udaranya pun menjadi jauh lebih sehat untuk dihirup pada pagi sampai sore hari. Buahnya yang kaya akan vitamin C juga dapat membantu dalam menjaga kondisi tubuh di masa-masa sedang mewabahnya penyakit menular ini.
3. Bebas polusi tanpa kendaraan bermotor
Jalan kaki menjadi alternatif terbaik untuk menciptakan udara yang sehat dan bebas dari emisi bahan bakar. Penulis mulai jarang menggunakan kendaraan bermotor ketika akan pergi berbelanja ke toko yang jaraknya hanya sekitar 500 meter dari rumah.
Rutin berjalan kaki bersama keluarga setiap harinya juga dapat membuat tubuh menjadi lebih tangguh dan mengurangi polusi udara.
Alternatif yang kedua adalah menggunakan sepeda taman untuk pergi ke tempat yang masih tergolong aman jika dilalui oleh kendaraan kayuh tersebut.
4. Menggunakan bahan bakar ramah lingkungan
Meskipun berupaya tidak menggunakan kendaraan bermotor, namun tak bisa dipungkiri juga jika kita berada pada masa mobilitas tinggi sehingga kadang terpaksa harus bepergian menggunakan kendaraan pribadi.