Mohon tunggu...
Annisa Salsabilla
Annisa Salsabilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di UNIDA Gontor

konten seputar Hubungan Internasional dan isu kontemporer saat ini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prinsip-Prinsip Kebijakan Abu Bakar pada Masa Pemerintahannya

10 September 2022   23:45 Diperbarui: 11 September 2022   01:01 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://2.bp.blogspot.com

Khalifah pertama yang dipilih secara musyawarah dalam Islam saat pidato politiknya di depan publik, telah menyatakan dengan tegas prinsip-prinsip umum tentang kekhilafahannya. 

Dia adalah khalifah atau wakil Rasulullah dan bukan Khalifah Allah, sebagaimana banyak disangka oleh orang-orang yang tidak mengerti. Ia pun tidak mendapat kekuasaan ini melalui warisan dari Tuhan, sebagaimana yang biasa berlaku pada raja-raja untuk mengatur rakyat kecil. 

Dia adalah rakyat biasa yang kemudian terpilih sebagai Khalifah melalului proses pemilihan untuk melaksanakan semua hukum yang ada dalam Al-Quran dan Sunnah Rasulullah. Fungsi khalifah bukanlah untuk membuat hukum, ia hanya bertugas untuk mengimplementasikan hukum yang telah ada. Tapi dia juga memiliki kemerdekaan untuk menafsirkan hukum-hukum itu jika Al-Quran dan hadits itu membuka ruang untuk sebuah penafsiran.

Dengan menyatakan kesetiaan kepadanya, seluruh rakyat telah terikat kontrak dengannya. Mereka wajib mengikutinya selama dia berjalan sesuai dengan poin-poin yang ada dalam kesepakatan. Dan jika dia menyimpang dari kesepakatan, mereka memiliki hak untuk menegur kesalahan-kesalahan yang dilakukan, dan mereka tidak wajib mengikutinya saat sang khalifah tetap melakukan kesalahan tersebut. 

Jalan yang benar adalah jalan yang ditunjukkan Al-Quran dan Sunnah. Jalan lurus itu harus dijalani oleh khalifah dengan setia dalam kondisi bagaimanapun. Dengan demikian seorang khalifah bertugas untuk melaksanakan kewajibannya kepada Allah dan kepada manusia. 

Dia bertanggung jawab kepada Allah dan rakyat. Tak ada kontradiksi antara keduanya. Rakyat, di samping memiliki hak, mereka juga memiliki kewajiban. Mereka memiliki hak untuk memantau tindakan khalifah dan mengkritik orang yang mereka pilih dengan cara yang bebas untuk mengatur urusan mereka. 

Sedangkan khalifah harus memberikan pelindungan kepada orang-orang yang lemah dan mengontrol yang kuat serta menciptakan suasana damai agar seluruh rakyat hidup tanpa dihinggapi rasa takut berdasarkan asas persaudaraan dan persamaan. 

Kewajiban berjihad mendapat perhatian pada saat pidato politik pertama Khalifah Abu Bakar di depan publik. Yaitu ketika dia mengingatkan hajat manusia untuk mempertahankan kemerdekaan dan kehidupan mereka. 

Kemerdekaan bisa dipertahankan dengan cara melakukan kewaspadaan secara terus menerus. Orang yang tidak memiliki rasa waspada yang demikian akan membayar dengan harga yang sangat mahal. Demikian juga kemerdekaan tidak mungkin terlindungi kecuali jika ada partisipasi masyarakat secara aktif.

Seluruh masa pemerintahan Abu Bakar telah diabdikan untuk melahirkan kedamaian. Dalam kondisi yang demikian sulit dan goncang dia tidak pernah berhenti bergerak untuk menawarkan kedamaian-kedamaian, tapi bukan kedamaian dengan mengorbankan prinsip. Prinsip-prinsip kebenaran dalam pandangan Abu Bakar terlalu sakral untuk dikompromikan. 

Tak ada kata menyerah dalam memperjuangkan kebenaran dan iman yang fundamental. Memang ada ruang untuk kompromi, konsiliasi dan negosiasi, namun tentu saja dengan tidak boleh mengorbankan nilai-nilai yang menghargai kesamaan manusia dan harkat mereka. Abu Bakar, sebagai khalifah, tidak pernah berusaha untuk membalas dendam terhadap para pemberontak dari suku-suku yang mengancam kekuasaannya di awal-awal pemerintahannya. 

Dia melakukan serangan yang gencar terhadap para pemberontak, dan menaklukkan orang-orang yang murtad dengan kekuatan. Dia tidak segan-segan menggunakan kekuatan militer manakala hal tersebut memang dibutuhkan. Namun demikian, dengan lapang hati dan dada terbuka, dia memberi maaf kepada mereka yang jelas-jelas ingin kembali ke dalam pangkuan Islam. 

Seluruh pemerintahannya mendirikan nilai-nilai demokratis, dan sepenuh hidupnya diabdikan untuk kepentingan Islam. Dia tidak hidup di sebuah istana yang megah dan gemerlap. Dia tetap hidup di sebuah rumah yang terbuat dari tanah, yang atapnya gampang digapai dengan tangan. Loyalitas terbesarnya dia berikan kepada pemimpinnya, Muhammad Shallallahu `Alahi wa Sallam yang telah menetapkan hukum. 

Aplikasi hukum Islam - Syariah - telah mewarnai semua jalan hidupnya. Dia dengan sungguh hati berusaha untuk mengikuti seluruh langkah-langkah Rasulullah. Namun dia juga tidak ragu untuk menyatakan pendapatnya, tatkala hal itu tidak didapatkan dalam kehidupan Rasulullah. 

Abu Bakar mendapat tempat yang demikian tinggi di mata umat tatkala dengan segala kapasitas pribadinya, ia memecahkan konflik yang terjadi antara para sahabat di Tsaqifah Bani Saidah, saat mereka berusaha untuk menentukan pilihan pengganti Rasulullah. Abu Bakar berpendapat, bahwa orang yang paling berhak untuk menggantikan Rasulullah adalah para sahabat yang sejak awal telah masuk Islam. 

Peristiwa yang mengandung bahaya besar yang akan mencerai-beraikan umat Islam itu telah mampu diantisipasi Abu Bakar, sehingga umat tidak menjadi hancur berantakan. Kemudian dia juga telah mampu menanamkan kedamaian ketika menolak untuk berkompromi dengan orang-orang yang tak mau membayar zakat dan sengaja memberontak yang akhirnya mampu dia taklukkan.

 Abu Bakar melihat dengan jelas prioritas apa yang harus dia lakukan dalam pemerintahannya. Dengan tangkas, dia mengirim pasukan Usamah yang pernah ditetapkan Rasulullah sebelum meninggal, walau banyak para koleganya menentang keputusan itu dengan alasan bahwa Madinah akan menjadi kosong dan tanpa pertahanan. Dia menolak untuk memberikan konsesi apa pun kepada mereka yang tidak mau membayar zakat. Dia nyatakan bahwa zakat harus dibayar dengan penuh sesuai aturan yang Allah tetapkan. 

Dia memerangi orang-orang yang mengaku sebagai nabi, meskipun mereka memiliki pendukung yang banyak, dia tidak memberi kesempatan kepada mereka untuk menyebarkan ajaran-ajaran sesatnya tersebut. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menghancurkan para pelaku subversi dan orang-orang yang ingin mengembalikan manusia kepada nilai-nilai jahiliyah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun