WHAT
Pendahuluan
Model Etika Komunikasi Habermas dikembangkan oleh seorang filsuf Jerman bernama Jurgen Habermas.
Jurgen Habermas, seorang filsuf sosial Jerman, dikenal dengan teorinya tentang tindakan komunikatif. Dalam teorinya, Habermas menyoroti pentingnya bahasa sebagai alat untuk mencapai kesepahaman dan membangun konsensus dalam masyarakat. Etika komunikasi Habermas, secara sederhana, adalah kerangka kerja yang digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi interaksi sosial berdasarkan kualitas dialog yang terjadi.
Salah satu tokoh yang memberikan pengaruh perspektif terhadap khazanah ilmu komunikasi yakni Jurgen Habermas, dikenal memiliki segmentasi pengembangan ilmu komunikasi pada mazhab Frankfurt (Die Frankfurter Schule). Dia merupakan generasi keduadari mazhab Frankfurt juga penerus dari para teoritikus kritis seperti Max Horkheimer (1895-1973), Theodor Adorno (1903-1969), dan Hebert Marcuse (1898-1979). Teori kritis Frankfurt menghendaki adanya metode diskursus dialektis yang diterapkan pada fenomena sosial. Sementara Habermas lebih spesifik menambahkan paradigma komunikasi di dalam teori kritis.
Manusia dan Komunikasi Habermas: Parados Hubungan Manusia
Jurgen Habermas, seorang filsuf dan teoritikus sosial Jerman, menyusun teori mengenai komunikasi dan pengetahuan manusia yang dijelaskan dalam bukunya "Knowledge and Human Interests" (1968). Teori ini mengelaborasi bagaimana hubungan manusia terjadi di berbagai dimensi, yakni ilmu alam, dunia sosial, dan dunia subjek pemikiran.
Habermas membagi hubungan manusia menjadi tiga jenis utama:
- Ilmu Alam : Hubungan subjek-objek, di mana manusia berinteraksi dengan objek di luar dirinya, seperti alam atau benda-benda material.
- Dunia Sosial: Hubungan subjek-subjek, yaitu hubungan manusia dengan orang lain dalam konteks sosial.
- Dunia Subjek Pemikiran: Relasi "Subjek-It-Self", yaitu relasi yang dimiliki manusia dengan dirinya sendiri, atau bagaimana seseorang berpikir dan merefleksikan dirinya sendiri.
Rasio Komunikatif dan Ilmu Sosial
Dalam pemahaman Habermas, ada perbedaan mendasar dalam cara berpikir yang digunakan dalam ilmu alam dan ilmu sosial. Untuk ilmu alam, yang disebut sebagai rasio instrumental berlaku, di mana rasionalitas digunakan untuk tujuan praktis, seperti menghindari bahaya (misalnya, memakai sepatu di sawah untuk menghindari paku atau batu tajam). Namun, pendekatan ini tidak bisa diterapkan secara efektif pada ilmu sosial.
Ilmu sosial, menurut Habermas, memerlukan rasio komunikatif, yang berfokus pada pencarian kepentingan bersama melalui dialog dan komunikasi. Dalam konteks sosial, manusia tidak hanya berinteraksi secara strategis (untuk mencapai tujuan), tetapi juga secara komunikatif (untuk mencapai pemahaman bersama).
Jenis Ilmu dan Kepentingan yang Dihasilkan
Habermas juga membagi ilmu pengetahuan berdasarkan sifat dan jenis kepentingan yang dihasilkan:
- Ilmu Empirik-Analisis: Ilmu ini bersifat objektif dan menghasilkan kepentingan teknis.Â
Contohnya adalah ilmu-ilmu alam yang menggunakan metode eksperimen dan observasi untuk mencapai pemahaman yang bisa diaplikasikan secara teknis. - Ilmu Historis-Hermeneutis: Bersifat subjektif, ilmu ini menghasilkan kepentingan intersubjektif
yaitu kepentingan yang terfokus pada saling pemahaman antar individu. Contohnya adalah ilmu sejarah atau ilmu yang terkait dengan interpretasi makna. - Ilmu Sosial-Kritis: Ilmu ini bersifat intersubjektif dengan tujuan emansipatif
yaitu berusaha memperbaiki kondisi masyarakat. Contoh dari ilmu ini adalah teori-teori kritis yang mencoba mengubah struktur sosial yang tidak adil.
Paradoks Hubungan Manusia